Menlu Saudi Kritisi Konflik Politik di Lebanon, Ini Akar Soalnya
Masalah utama Lebanon ialah dominasi Hizbullah dalam sistem politik, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan.
“Krisis di Lebanon karena dominasi proksi Iran, dan inilah yang menjadi perhatian kami, dan inilah yang membuatnya sia-sia untuk berurusan dengan Lebanon,” kata Pangeran Faisal bin Farhan dalam wawancara dengan Al Arabiya di sela-sela pertemuan KTT G20, dikutip Arabnews.com.
Ia menambahkan, para pemimpin Lebanon perlu membawa Lebanon kembali ke tempatnya di dunia Arab.
Wawancara menteri itu dilakukan setelah muncul komentar dari Menteri Informasi Lebanon George Kordahi tentang perang Yaman yang memicu perselisihan diplomatik dengan negara-negara Teluk.
Tentang Yaman
Kordahi mengatakan Houthi yang bersekutu dengan Iran membela diri dan menyebut perang di Yaman “sia-sia.”
Arab Saudi menanggapi pernyataan itu dengan memanggil duta besarnya untuk Lebanon dan mengusir Dubes Lebanon dari negara itu. Kerajaan Saudi juga melarang impor dari Lebanon.
Negara-negara Teluk lainnya termasuk UEA, Bahrain, dan Kuwait juga menarik diplomat mereka dan mengusir Dubes Lebanon.
Mengenai Yaman, Pangeran Faisal mengatakan Kerajaan Saudi berkomitmen untuk melakukan gencatan senjata yang komprehensif dan kemudian dialog politik, tetapi milisi Houthi yang didukung Iran menjadi penghalang jalan untuk mencapai kesepakatan damai yang langgeng.
“Kerajaan berkomitmen untuk apa yang telah diajukan. Kami ingin segera mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan kemudian beralih ke dialog politik. Sayangnya, Houthi masih mengandalkan solusi militer. Houthi masih menunjukkan atau menampilkan kepentingan sempit mereka dan kepentingan partai-partai regional di atas kepentingan Yaman,” katanya.