Menlu Retno Pimpin Aliansi Vaksin Bersama Kanada, Ini Tugasya
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi terpilih menjadi Co-Chair COVAX Advance Market Commitment Enggagement Group (COVAX AMC-EG). Dalam organisasi yang bertujuan membantu pengadaan vaksin Covid-19 untuk negara berkembang itu, Menlu Retno menjadi pemimpin pertama, diikuti Menteri Pembangunan Internasional Kanada sebagai wakil dari negara donor, dan pemimpin ketiga adalah Menteri Kesehatan Ethiopia. Menlu Retno bertugas memastikan target vaksinasi di antara negara berkembang maksimal 20 persen, tercapai.
Dilansir dari Youtube Kementerian Luar Negeri Indonesia (MOFA), Retno menuturkan jika ditunjuknya dirinya sebagai Co-Chair COVAX berlangsung melalui pemilihan online yang diikuti 92 pakar ekonomi yang tergabung dalam organisasi tersebut. Pemilihan kemudian diproses di markas besar COVAX AMC di Jenewa, sebelum disampaikan kepada Indonesia. “Menteri Luar Negeri Indonesia mendapat suara terbanyak, mencapai 41 persen dari total suara yang masuk. Suara terbanyak kedua diperoleh Menteri Kesehatan Ethiopia,” kata Retno dalam konferensi pers tersebut.
Terpilihnya Indonesia sebagai pimpinan aliansi tersebut, menurut Retno menjadi wujud kepercayaan internasional terhadap Indonesia. Sekaligus menjadi tanggung jawab Indonesia memastikan akses kesetaraan atas vaksin bagi negara berkembang.
Diketahui, COVAX AMC-EG adalah forum antara negara berkembang dan negara donor, yang bertujuan membantu pengadaan distribusi vaksin, terutama bagi negara berkembang. “COVAX Facility memiliki target vaksinasi nasional di negara berkembang, range nya antara 3 persen hingga maksimal 20 persen dari penduduk di negara tersebut,” katanya.
Ia pun mengaku akan berkomunikasi intensif dengan Co Chair kedua dan ketiga sekaligus menyiapkan tim di Indonesia, serta berkomunikasi intensif dengan GAVI di Jenewa, utuk mulai melakukan tugasnya.
Dalam konferens pers yang sama, Retno juga menyampaikan perkembangan Indonesia dalam mendapatkan akses vaksin dari COVAX Facility. Sejumlah proses administrarif telah dilakukan, dalam bentuk mengirim surat sejak Oktober tahun lalu, hingga formulir terakhir yang dikirim pada 8 Januari 2021 lalu. Berikutnya Indonesia menyiapkan mengirim formulir Cold Chain Equipment Support Request, yang akan disampaikan pada kwartal pertama tahun ini. “Formulir itu berkaitan dengan penyediaan sistem pendingin vaksin,” imbuhnya.