Menlu Jerman Tuding Trump Sulut Konflik Timur Tengah
Berlin: Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel menuding Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyulut konflik Timur Tengah dan berpotensi memicu persaingan senjata setelah negara-negara tetangga Qatar memutus hubungan diplomatik dengan Doha.
“Kontrak militer besar-besaran Presiden AS Trump dengan negara-negara Teluk meningkatkan risiko persaingan senjata,” ujar Gabriel dalam wawancara dengan surat kabar Handelsblatt yang diterbitkan pada Rabu (7/6).
“Kebijakan ini jelas salah dan jelas bukan kebijakan Jerman,” imbuh Gabriel.
“Saya sangat khawatir mengenai peningkatan eskalasi dan konsekuensi bagi seluruh kawasan,” imbuhnya.
Arab Saudi dan para sekutunya termasuk Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengumumkan, Senin, negara-negara tersebut memutus hubungan diplomatik dan akses transportasi udara, laut dan darat dengan Qatar.
Mereka menuding Qatar menjadi sarang kelompok ekstremis dan memberikan dukungan bagi agenda musuh utama Arab Saudi, Iran.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaitkan kunjungannya ke Timur Tengah dengan keputusan negara-negara Arab dalam mengisolasi Qatar meski negara Teluk tersebut memainkan peran penting sebagai markas operasi militer AS.
“Dalam kunjungan saya baru-baru ini ke Timur Tengah, saya mengatakan tidak boleh lagi ada pendanaan bagi ideologi radikal. Para pemimpin menunjuk Qatar – lihat!” tulis Trump di Twitter Selasa kemarin.
Arab Saudi dan para sekuturnya seperti Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain memutus hubungan diplomatik dan koneksi transportasi dengan Qatar, Senin, setelah menuding negara Teluk tersebut mendukung ekstremisme.
Sengketa tersebut terjadi kurang dari sebulan setelah Trump mengunjungi Arab Saudi dan menyerukan agar negara-negara Islam bersatu melawan ekstremisme.
Militer AS memiliki pangkalan udara yang sangat besar di Qatar sebagai pusat komando operasi militer di kawasan, yang kini difokuskan untuk memerangi kelompok ekstremis ISIS. (afp)