Menko PMK: Muhammadiyah, Karya Seni Pergerakan yang Adiluhung
Soroti seni dan budaya di Muhammadiyah, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Prof. Muhadjir Effendy meminta supaya jangan memandang seni dan budaya terlalu sempit, dan jangan menganggap tokoh Muhammadiyah beridentitas tunggal.
Muhadjir menjelaskan, identitas tunggal itu seperti menganggap KH. Ahmad Dahlan dan Djarnawi Hadikoesoemo hanya sebagai organisatoris yang mengurusi Muhammadiyah saja. Sebab Kiai Dahlan merupakan seniman, bahkan dikenal sebagai seorang yang mahir memainkan biola.
Selain itu, lahirnya Muhammadiyah juga tidak bisa dilepaskan dari jiwa seni dan kreativitas Kiai Dahlan. Setelah pengembaraannya, Kiai Dahlan berhasil meramu dan mencetuskan berdirinya gerakan yang diberi nama Muhammadiyah. Bahkan Muhadjir menyebut Muhammadiyah sebagai karya seni adiluhung.
Meramu Gerakan
“Jadi Muhammadiyah adalah karya seni adiluhung yang luar biasa dari Waliyullah yang namanya Kiai Ahmad Dahlan itu. Kita ini aja yang agak risih menyebut Kiai Dahlan sebagai wali, padahal Kiai Dahlan itu setingkat wali,” ungkapnya, dalam keterangan Selasa 21 Desember 2021.
Muhadjir menegaskan, Muhammadiyah lahir tidak bisa dilepaskan dari pengaruh jiwa seni dan kreatif yang dimiliki oleh KH. Ahmad Dahlan, beliau mampu meramu apa yang didapatnya menjadi sebuah gerakan.
Di sisi lain Pak Djar -- sapaan Djarnawi Hadikoesoemo-- menurut Muhadjir adalah sosok yang multi talenta. Selama ini di lingkungan persyarikatan Pak Djar hanya dikenal sebagai penulis Mars Sang Surya, tapi sebenarnya banyak lagu yang ditulis oleh Pak Djar.
Terkait dengan pernyataan beberapa orang yang menganggap bahwa, Mars Sang Surya itu merupakan jiplakan, Muhadjir tidak memandang demikian. Sebab, jika dilihat melalui konsep Arkeologi Pengetahuan milik Michel Foucault, bahwa tidak ada satupun karya seni di dunia ini yang murni lahir seorang seniman, melainkan mereka pasti diilhami dari karya-karya sebelumnya.
Pencinta Lagu Arab Klasik
“Saya ingin mengatakan plagiat saat itu memang tidak ada, kok mirip-mirip ?, ya, karena Pak Djarnawi itu seniman dan pecinta lagu-lagu klasik Arab, Timur Tengah, termasuk Umi Kalsum,” ungkap Muhadjir.
Pada penutupan Pekan Seni Mahasiswa (PSM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (PTMA) Minggu 19 Desember 2021 di Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), Ketua PP Muhammadiyah ini menegaskan bahwa, konsep Arkeologi Pengetahuan juga bisa digunakan dalam melihat beberapa ritual budaya, termasuk dalam ritual di agama-agama.
Bahkan berdirinya Muhammadiyah, kata Muhadjir, tidak bisa dikatakan murni atau gagasan tunggal yang muncul dari KH. Ahmad Dahlan. Karena berdirinya Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari hasil ‘pengembaraan’ ilmu yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan.
Oleh karena itu, melalui forum ini ia mengajak warga Muhammadiyah dalam ‘menghayati’ Kiai Dahlan bukan hanya sebagai pendiri Muhammadiyah, tapi juga sebagai seniman.