Menko PMK: Aisyiyah Berkiprah bagi Kehidupan Perempuan dan Anak
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK), Muhadjir Effendi menyampaikan apresiasinya atas gerakan 'Aisyiyah. Menurutnya ‘Aisyiyah adalah gerakan yang turut membangun dan berkontribusi bagi Indonesia. Terlebih bagi kehidupan perempuan dan anak Indonesia.
"Kita tidak dapat menghitung jumlah anak-anak bangsa ini yang telah lulus dari lembaga pendidikan yang dikelola 'Aisyiyah, sama seperti kita tidak dapat menghitung jumlah lembaga pendidikan seperti PAUD yang dikelola oleh 'Aisyiyah karena jumlahnya terus bertambah,” katanya dalam acara International Conference on ‘Aisyiyah Studies (ICAS) 2020.
Ia menyebut ‘Aisyiyah sebagai perintis pendidikan yang dipelopori oleh gerakan perempuan. Hal ini bukan tanpa dasar, pasalnya pada tahun 1919 ‘Aisyiyah telah mendirikan Freobel untuk pendidikan yang pertama ada di Indonesia. Lembaga pendidikan yang didirikan oleh ‘Aisyiyah juga sebagai lembaga pendidikan pertama yang didirikan oleh pribumi dan dipergunakan oleh pribumi.
Secara umum tujuan didirikannya pendidikan bagi kaum pribumi oleh ‘Aisyiyah maupun Muhammadiyah adalah untuk mensejahterakan derajat sesama manusia. Di mana pada zaman itu, pribumi masih dianggap oleh masyarakat kelas empat oleh Pemerintah Kolonial. Diberikannya kesetaraan pendidikan oleh ‘Aisyiyah sebagai daya angkat bagi pribumi untuk menaikkan kelasnya.
Dalam diskursus gender, emansipasi atau persamaan hak bagi kaum perempuan, ‘Aisyiyah telah paripurna untuk pembahasan itu. Menurut Muhadjir, dalam pergerakan ‘Aisyiyah wacana gender bukan lagi diwacanakan melainkan sudah menjadi amalan yang telah dijalankan sejak pada masa awal berdirinya. Aplikasi wacana gender yang diamalkan oleh ‘Aisyiyah sejak saat itu adalah bentuk pemahaman atas Al Qur’an dan Sunnah yang pahami oleh KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah.
“Bayangkan kalau seluruh ayat Al-Qur’an itu bisa diterjemahkan seperti Surat Al Ma’un, maka betapa dahsyatnya ayat-ayat Al Qur’an diterjemahkan oleh tangan-tangan orang yang benar,” ungkapnya.
Dalam keynote speechnya Muhadjir juga meminta keterlibatan 'Aisyiyah dalam program kementrian PMK dalam pendidikan pra nikah. Muhadjir juga menyebutkan, pentingnya menyiapkan mereka dalam berketurunan karena itu kesehatan reproduksi dan pencegahan stunting menjadi penting, serta perencanaan ekonomi keluarga.
"'Aisyiyah supaya melakukan pendidikan pra nikah dilaksanakan dengan baik, agar keluarga baru akan berkembang dengan baik. Kami tidak ingin rumah tangga yang baru tidak siap, kami tidak ingin muncul di Indonesia rumah tangga miskin baru,” urainya.
Menurutnya, pendidikan pra nikah sangat penting untuk membangun manusia Indonesia yang kuat dan cerdas. Generasi masa depan Indonesia dibangun mulai sejak dalam pemilihan orang tua mereka. Pada tahap ini, pemilihan pasangan adalah tahapan penting yang harus dilakukan dan dipilih dengan matang-matang. Sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia yang paripurna terrealisasikan.
Sementara itu, dalam masalah Indonesia kekinian, Muhadjir juga mengajak untuk seluruh warga Muhammadiyah 'Aisyiyah terus berpartisipasi dan berkontribusi dalam upaya penanggulangan Covid-19 di Indonesia. Warga persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah harus bisa hadir sebagai solusi dalam terjadinya permasalah di masyarakat. Peran penting oleh warga Persyarikatan diharapkan sebagai usaha konkrit untuk segera menyelesaikan masalah yang terjadi.
"Menangani Covid-19 ini perlu kerjasama yang kuat, tentu saja mengingatkan pemerintah sangat penting, tetapi kita cancut tali wondo, bersama menangani Covid-19. Itulah watak Muhammadiyah 'Aisyiyah, warga Muhammadiyah selalu menjadi warga yang memberikan solusi atau solution giver, bukan hanya memberikan kritik tanpa jalan keluar, itulah selama ini yang dilakukan Muhammadiyah 'Aisyiyah untuk ikut serta agar bangsa Indonesia keluar dari keterpurukan,”tutur Muhadjir, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).