Menkeu: Tetap Otimistis Hadapi Kondisi Ekonomi Tak Nyaman
Menteri keuangan Sri Mulyani, mengatakan mengajak untuk bersikap optimistis dalam masa pandemi Covid-19. Menurutnya, pernyataan Presiden Jokowi tentang kondisi ekonomi Indonesia yang cukup berat pada saat ini, jangan membuat bangsa Indonesia putus asa dan lemah.
"Presiden bicara blak-blakan tentang kondisi ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19. Tujuannya supaya semua komponen bangsa bangkit bersama-sama, untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang tidak nyaman tersebut. Jangan malah membuat kita takut dan lemah," kata Menteri keuangan Sri Mulyani dalam pernyataan tertulis, melalui biro pers Selasa 23 Juni 2020.
Menurut Sri, pertumbuhan ekonomi nasional pada kwartal satu 2020 cukup berat. Turun pada kisaran 2,97 dari sebelumya, yakni 5 persen.
"Dalam pertemuan dengan sejumlah purnawan TNI - Polri di Istana Bogor
Jumat 19 Juni 2020, Presiden menyebut pertumbuhan ekonomi nasional pada kwartal II bahkan lebih berat bisa minus." katanya.
Pukulan di sektor ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga dialami negara lain. Bahkan, IMF memprediksi ada negara yang pertumbuhan ekonominya
yang minus 5 - 7 persen.
Sebab itu, meskipun ekonomi Indonesia mendapat guncangan cukup berat, tapi kondisinya masih lebih baik dibanding negara lain yang sama sama menghadapi persoalan ekonomi.
"Menghadapi situasi yang tidak nyaman seluruh komponenen bangsa dan potensi masyarakat harus diberdayakan secara maksimal dan bersama sama menyelamatkan perekonomian nasional dari keterpurukan disampang berperang melawan Covid-19," kata Menkeu.
Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan kondisi ekonomi Indonesia
cukup berat khusunya di kuartal II tahun 2020 ini.
"Saya harus berbicara apa adanya. Di kuartal kedua ini kita akan minus. Mungkin sampai minus 3 sampai 3,8 persen. Perkiraan kami seperti itu," kata Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah purnawirawan di Istana Bogor, Jumat 19 Juni 2020.
Presiden bahkan menyebut kondisi saat ini lebih berat dari krisis ekonomi tahun 1998. Pada tahun 1998 yang terdampak hanya sektor perbankan dan konglomerat besar, tetapi saat ini semua sektor, turut terdampak.
"Sekarang semuanya (terdampak) karena produksi terkena, suplai terkena, demand terkena. Usaha mikro terkena, usaha kecil terkena, usaha menengah terkena, usaha besar terkena," ujar Presiden.
Menurut. Jokowi bahwa kondisi ekonomi yang sulit ini dialami hampir semua negara, bukan hanya memukul Indonesia.
Lembaga-lembaga dunia tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa pada tahun ini akan minus 9-12 persen.
Presiden Joko Widodo mengatakan, kondisi perekonomian di Tanah Air yang saat ini tengah terdampak pandemi Covid-19 lebih berat dibanding krisis tahun 1998.
Kepala Negara menjelaskan, ketika krisis ekonomi tahun 1998, pihak yang terdampak adalah sektor perbankan dan konglomerat besar. Namun, saat ini seluruh sektor dan kelas ekonomi turut terdampak oleh pandemi.
"Sekarang semuanya (terdampak), karena produksi terkena, suplai terkena, demand terkena. Usaha mikro terkena, usaha kecil terkena, usaha menengah terkena, usaha besar terkena," kata Presiden
Berdasarkan data yang diterima Presiden dari Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia pun akan turun.
Perkiraan pertama, mereka menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan turun kurang lebih minus 2,5. Tetapi terakhir dua hari yang lalu, OECD menyampaikan, minusnya bisa sampai enam sampai minus 7,6 pertumbuhan dunia," kata Presiden Jokowi.
Ia juga menegaskan, pemerintah tidak tinggal diam atas kondisi ekonomi yang sulit ini. Pemerintah memastikan ekonomi rakyat terbantu dengan memberikan bantuan sosial.
Menanggapi pernyataan Preside, ekonom Rizal Ramli Ramli mengatakan cara yang paling jitu untuk ngeles adalah mengkambing hitamkan corona.
"Sebelum corona lahir, saya sudah ngomong, tim ekonomi Pak Jokowi lemah, tidak mempunyai jiwa petarung," kata Rizal Ramli Sabtu 20 Juni 2020.
Advertisement