Menkeu Beri Kuliah Umum di New York, Tekankan Perlu Tabungan Aset
Suatu pertemuan dihadiri sekitar 150 mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) Selasa, 9 April 2019 pukul 04:30-06:00 EST digelar di Columbia University, New York. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hadir dalam rangka kuliah umum yang merupakan kelanjutan dari Indonesian Speaker Series.
Sejumlah isu, seperti kondisi terkini perekonomian Indonesia, outlook ekonomi dan bagaimana Pemerintah menyikapi berbagai perkembangan ekonomi global menjadi topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi Indonesia sudah jauh lebih baik, dan lebih berdaya tahan dari pada 2013 yakni saat terjadi taper tantrum.
"Dibandingkan empat fragile country lain, Indonesia menjadi salah satu yang paling berdaya tahan di dunia," ujar Sri Mulyani Indrawati, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis 11 April 2019.
"Adapun, kegiatan yang digelar ini adalah program unggulan Permias NYC di mana pemimpin, baik dari sektor publik, sosial, maupun bisnis bertemu dengan mahasiswa dan pekerja Indonesia di New York untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan berdiskusi mengenai isu-isu terkini di tanah air."
Kendati demikian, Menkeu menyampaikan bahwa di Indonesia, persentase penghasilan yang ditabung masih tergolong rendah. “Saving rate di Indonesia masih sekitar 30-33 persen," ujarnya.
Kondisi tersebut masih di bawah sejumlah negara besar seperti China, meskipun lebih baik dibandingkan dengan negara-negara di Amerika latin.
Menurutnya salah satu tantangan rendahnya saving rate di Indonesia karena tidak dialokasikan ke financial assets. Namun, di physical asset seperti tanah, sehingga lebih sulit untuk dimanfaatkan bagi pendanaan investasi seperti infrastruktur.
Padahal, lanjut Sri Mulyani, creative financing dengan pendanaan bukan hanya dari APBN sangatlah penting.
Sementara itu, terkait pembahasan dalam rangka meningkatkan GDP growth dalam jangka panjang, Indonesia perlu meningkatkan kebijakan industrialisasi dan sektor jasa.
Adapun, kegiatan yang digelar ini adalah program unggulan Permias NYC di mana pemimpin, baik dari sektor publik, sosial, maupun bisnis bertemu dengan mahasiswa dan pekerja Indonesia di New York untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan berdiskusi mengenai isu-isu terkini di tanah air.
Melalui Indonesian Speaker Series ini, diharapkan mahasiswa dan komunitas Indonesia di New York dapat semakin peka dan cerdas dalam menyikapi berbagai isu nasional serta dapat menyumbangkan ide bagi kemajuan negara dan bangsa. (adi)