Menkes: Indonesia Segera Keluar dari Pandemi Covid-19
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan, gelombang Omicron subvarian BA.4 dan BA.5, di Indonesia terus melemah dan sekarang relatif terkendali.
Kedua subvarian Omicron tersebut sebelumnya telah memicu lonjakan COVID-19 di sejumlah negara. Indonesia juga sempat mengalami peningkatan, namun tidak setajam amukan varian-varian sebelumnya.
"Saat ini, tren kenaikan kasus relatif melandai dan bahkan cenderung turun. Meski demikian, Menkes mengingatkan untuk tidak lengah karena selalu ada kemungkinan gelombang baru COVID-19 di masa mendatang," kata Menkes kepada wartawan, Jumat 16 September 2022
Sebagai antisipasi, Menkes yang baru sembuh dari COVID-19 kembali mengingatkan cakupan vaksinasi booster masih belum mencapai target. Hingga saat ini, cakupan vaksinasi dosis ketiga masih tertahan di angka 26 persen dari target cakupan.
"Yang belum di booster ketiga akan encourage, kita kejar lagi di akhir tahun untuk mempersiapkan yang belum di booster ketiga," pesan Menkes.
Booster kedua perlu diperluas
Dalam kesempatan berbeda, Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut booster kedua tidak hanya dibutuhkan oleh tenaga kesehatan. Karenanya, booster kedua juga disarankan untuk kelompok rentan lainnya.
"Berikutnya (kelompok yang membutuhkan vaksin COVID-19 booster kedua) adalah lansia. Kenapa lansia menjadi kelompok yang butuh? Karena lebih rentan. Orang semakin tua sistem imunnya semakin menurun. Bertambah usia, imunnya menurun," kata dr Erlina Burhan, SpP(K) dari PB IDI, Kamis 15 September 2022.
Kelompok rentan lainnya yang didorong mendapatkan booster kedua adalah pengidap komorbid. Makin banyak komorbiditas yang diidap, makin butuh perlindungan dari vaksinasi booster kedua.
Pengalaman Menkes
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan antibodinya yang menurun menjadi salah satu penyebab dirinya terinfeksi COVID meski sudah tiga kali vaksin. Antibodi COVID-19 dari vaksinasi memang disebut turun setelah enam bulan disuntikkan.
"Biar bagaimana kan nanti turun kan kalau sudah 6 bulan, dan saya sudah ngerasa sendiri, kemarin saya agak telat di-boosternya, jadi imun saya agak turun," katanya saat ditemui di Kantor Kemenkes, Kamis 15 September 2022.
Untuk itu ia mengingatkan agar masyarakat segera di booster COVID-19 agar kekebalan tubuhnya melawan Corona tetap tinggi. Sampai saat ini cakupan vaksinasi ketiga masyarakat Indonesia masih rendah, hanya 26,49 persen dari total sasaran.
Ia kemudian menyebut akan mempersiapkan strategi akselerasi cakupan vaksinasi COVID-19 dosis penguat atau booster hingga 100 juta peserta mulai awal 2023.
Dugaan saya, kita akan turun imunitasnya di awal tahun depan. Kita harus bersiap, jangan sampai kalau ada gelombang lagi kita kena," paparnya.
Kabar Baik WHO
Sementara itu, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengisyaratkan kabar baik terkait pandemi yang sudah berlangsung hampir 3 tahun. Menurutnya, tanda-tanda akhir pandemi sudah mulai kelihatan.
"Kita belum ada di sana (akhir pandemi COVID-19). Tapi akhir sudah di depan mata," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada wartawan di konferensi pers virtual, Kamis 15 September 2022.
Disebut-sebut, pernyataan ini merupakan pernyataan WHO yang paling optimistis sejak COVID-19 ditetapkan sebagai kedaruratan global. Hingga kini, lebih dari 6,5 juta orang meninggal karena penyakit baru tersebut.
Walau ada kemungkinan pandemi segera berakhir, tidak berarti kewaspadaan mulai ditinggalkan. Pakar WHO Maria Van Kerkhove mengingatkan kemungkinan gelombang infeksi di masa mendatang tidak boleh diabaikan.
Advertisement