Jelang Purna Tugas, Mendikbud Muhadjir Pikirkan Guru Honorer
Masa bakti Kabinet Kerja Jokowi-JK tinggal satu hari lagi. Bersamaan dengan itu, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin yang akan berlangsung pada Minggu 20 Oktober 2019 semakin dekat.
Beberapa menteri memanfaatkan sisa waktu ini untuk berpamitan. Ada yang terlihat pasrah, juga ada yang tampak optimistis sekaligus berharap akan diajak bergabung lagi dengan kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Harapan para menteri bisa masuk kabinet yang baru merujuk pada pernyataan Presiden Jokowi, bahwa beberapa wajah lama akan masuk kabinet anyarnya. Sinyal dari presiden membuat sejumlah menteri deg-degan, cemas dan bertanya dalam hati.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy, terkesan mengesampingkan semua itu. Ia tak ragu-ragu menyebut jumpa pers Kamis 17 Oktober 2019, merupakan jumpa pers terakhir. "Saya katakan terakhir karena masa kerja Kabinet Jokowi-JK umurnya tinggal satu hari lagi," kata Muhadjir.
Beberapa Dirjen dan pejabat yang hadir dalam jumpa pers, tidak kaget mendengar pernyataan Mendikbud tersebut. Ia seakan yakin dan sudah mendengar bisikan dari lagit, kalau mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini akan masuk gerbong kabinet Jokowi lagi.
Muhadjir sendiri ketika dikonfirmasi mengatakan tidak ingin mendahului kehendak yang kuasa. "Doakan saja," kata Muhajir singkat.
Tanda-tanda ia akan terpilih kembali menjadi menteri tersirat ketika Muhadjir tiba tiba membatalkan acara sulaturahmi yang dirancang wartawan Kemendikbud. "Nggak usah acara macam-macam, masih banyak tugas yang harus saya selesaikan," ujarnya.
Pernyataan Muhadjir ini memperkuat spekulasi bahwa di antara mentri yang akan diajak memperkuat kabinet Jokowi periode kedua adalah Muhadjir.
Muhadjir Effendy, menjadi Mendikbud selama tiga tahun, menggantikan Anies Baswedan yang terkena reshuffle. Anies sendiri sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah berhasil menumbangkan Ahok dalam Pilgub DKI 2017.
Muhadjir dalam jumpa pers terakhir itu mengatakan, persoalan serius yang dihadapi Kemendikbud adalah masalah guru honorer yang jumlahnya lebih dari 700 ribu orang.
Untuk mengangkat guru honorer, menurutnya bukan pekerjaan mudah. Tidak bisa diangkat dengan serta merta. Semuanya harus melalui tes sebagaimana syarat yang berlaku bagi calon Aparatur Sipil Negara (ASN).
Ada dua jalur yang bisa dilalui guru honerer supaya menjadi ASN. Bagi honorer berusia di bawah 35 tahun yang ingin menjadi PNS bisa mengikuti tes sebagai CPNS pada umumnya.
Sedangkan guru honorer berusia di atas 35 tahun masuknya melalui jalur P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Mengingat umur saat mendaftar menjadi CPNS menurut Undang-Undang harus berusia di bawah 35 tahun.
Kata Mendikbud yang membedakan antara PNS dangan P3K, PNS dapat pensiun sedang P3K tidak. "Itu saja bedanya, soal tunjangan sama," katanya.
Muhadjir menyerukan kepada guru honorer untuk memanfaatkan peluang melalui dua jalur tersebut agar memperoleh upah yang lebih baik. "Gaji guru honorer sementara ini diambilkan dari biaya operasional sekolah atau BOS, yang nilainya kecil. Ada yang di bawah UMR," kata Muhadjir.
Muhadjir bersama Menteri Keuangan, Sri Mulyani, saat ini sedang mengupayakan gaji guru honorer diambilkan dari dana alokasi umum (DAU). Sehingga bisa dinaikkan setara dengan UMR.
Sementara agenda Mendikbud jelang akhir jabatan adalah melepas pemberangkatan 94 guru yang akan mengajar di Malaysia melalui program layanan pendidikan WNI di Comunity Learning Center (CLC). Mereka akan mengajar anak-anak TKI yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di Sabah dan Sarawak, Malysia.
Advertisement