Menjawab Fitnah Radikalisme dengan Al-Quran
Oleh: Anwar Hudijono
Isu radikalisme saat ini ibarat arus sungai yang bertemu air terjun sehingga arusnya lebih bergemuruh.
Air terjun ini simbol reaksi umat Islam karena arus kuat isu radikalisme itu dialamatkan atau dituduhkan ke Islam. Umat Islam merasa difitnah dan diperlakukan tidak adil.
Adapun arus sungai itu simbol dari produsen fitnah tersebut. Siapa dia? Dalang wayang orang dan ketoprak tidak berada di panggung. Tokoh sentral, dalam film Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw, sang dalang memberada tapi tidak tampak. Dalang utama fitnah radikalisme juga memberada tapi tidak tampak.
Banyak argumentasi obyektif-ilimah yang dikedepankan tokoh-tokoh Islam. Orang menghina adzan dan Nabi Muhammad dianggap tidak radikal. Orang menghina ayat Quran surah Al Maidah ayat 51 tidak dianggap radikal. Sementara orang pakai cadar dan celana jengki alias cingkrang dicap radikal.
Jika celana cingkrang dipakai ke sawah atau pasar bukan identitas radikal. Tapi jika dipakai ke masjid dianggap identitas radikal. Muaranya kepada fitnah sekian masjid terpapar radikal. Akhirnya bisa-bisa takmir masjid melarang orang bercelana cingkrang.
Masyarakat menolak pendirian tempat ibadah karena melanggar SKB Tiga Menteri bisa dituduh radikal, tidak toleran. Sementara kelompok yang membakar masjid tidak diapa-apakan blas.
Kelompok muslim melakukan sweeping kegiatan penyakit masyarakat dicap radikal. Sementara mereka yang membantai puluhan orang, membakar kota di Wamena dan kota lain di Papua dan Papua Barat dianggap cuma perusuh.
Kelompok separatis yang mengangkat senjata cuma dilabeli kelompok kriminal bersenjata, sementara penusuk Wiranto dengan pisau naruto langsung dicap radikal. Masih banyak lagi kontradisi yang memantik umat Islam untuk kesal, jengkel, marah.
Selalu ada yang baru
Umat Islam seperti tidak sadar bahwa sedang diperlakukan seperti anak kucing yang diberi bola untuk dibuat mainan. Sedang dipancing untuk masuk pada pusaran hiruk-pikuk bin gaduh agar marah, kesal, jengkel, takut.
Maka produsen isu radikalisme tidak akan berhenti memproduksi isu tersebut. Ibarat pabrik roti yang menawarkan produk selalu ada yang baru. Bahannya tetap tepung, gula coklat, keju, kismis tapi selalu dibuat bentuk baru, kemasan baru, nama baru.
Begitu juga isu radikalisme. Defisini radikalisme tidak pernah dirumuskan tuntas. Kriterianya dibuat sebegitu umum dan luas sehingga bisa diisi apa saja tergantung suka-suka yang membuat. Kalau dalam undang-undang disebut pasal karet.
Isu radikalisme terkadang seperti celurit, terkadang seperti pestol. Bukan mustahil suatu saat akan menjadi semacam senjata brahmastya atau rudal nuklir yang punya daya penghancuran dahsyat.
Strategi Cakrabyuha
Produsen isu radikalisme ini sedang menggunakan strategi perang Cakrabyuha. Artinya senjata cakra yang berputar. Strategi ini dipergunakan Kurawa dalam perang Baratayudha. Abimanyu masuk ke dalam lingkaran tentara musuh yang sangat kuat, keras dan kejam. Meskipun memiliki kesaktian dahsyat, akhirnya Abimanyu kehabisan stamina. Abimanyu gugur dengan luka arang keranjang (sekujur tubuhnya terluka).
Salah satu tujuan strategi Cakrabyuha itu agar umat Islam tidak sempat mempelajari Al Quran. Sebab, umat Islam akan tidak akan bisa dikalahkan, apalagi dihancurkan jika berpegang teguh kepada Al Quran. Umat Islam tidak akan tersesat selama berpedoman pada Al Quran. Bahkan membaca saja, meski tidak tahu maknanya, sudah mendapat rahmat, berkah dan obat dari Quran.
"Dan orang-orang kafir berkata, janganlah kamu mendengarkan Al Quran ini, dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan mereka."(QS Fussilat 26).
Dari ayat ini bisa diambil pesan, jika umat Islam masuk dalam pusaran kegaduhan terus menerus, sibuk menangkal tanpa henti, akhirnya tidak sempat menyampaikan pesan rahmatan lil alamin dari Quran. Tidak sempat mempelajari isi Quran. Tidak berpikir lagi untuk mencari referensi dan petunjuk dari Quran. Padahal umat Islam tanpa Quran itu seperti tubuh tanpa tulang.
Untuk itu, dalam menghadapi arus fitnah radikalisme umat Islam harus berpedoman pada Quran. Karena fitnah semacam itu terjadi sejak Islam lahir. Dan sepanjang sejarah Islam, namanya fitnah tidak akan hilang.
Pertama, beri penjelasan secara jernih, rasional kepada mereka yaitu produsen fitnah maupun jajaran begundalnya seperti pasukan humazah atau buzzer, al jassasah atau agen-agen, baladupak (orang yang ikut-ikutan) bahwa tuduhan itu hanya fitnah. Beri mereka nasehat. Beri mereka peringatan.
Kedua, tidak perlu berdebat atau berpolemik dengan mereka karena justru umat Islam akan menari di bahwa tabuhan musik mereka. Istilahnya percuma bicara rasional dengan pihak yang tidak rasional dan tidak mau rasionalitas. Apa mungkin bisa meminta orong-orong untuk berhenti mengerik di comberan? Apa mungkin menyuruh burung gagak berhenti berkoar di angkasa?
Jika sampai berpolemik dengan mereka, apalagi perang terbuka di ruang publik, sama saja seperti Abimanyu yang masuk strategi Cakrabyuha. Berdasar kalkulasi rasional, umat Islam sulit menang. Mereka memiliki modal yang tak terhitung besarnya. Mereka memiliki jaringan media yang luas. Didukung pasukan humazah, pasukan jassasah , sampai buladupak dan bisa mempengaruhi bahkan mendikte mereka yang punya power.
Umum Mukminin Aisyah
Jika mereka tidak mengindahkan nasehat. Tetap menghembus-hembuskan fitnah radikalisme. Nyinyir. Pasrahkan kepada Allah. Hal itu sesuai petunjuk Allah bahwa tugas Nabi Muhammad hanya memberi peringatan, selebihnya urusan Allah. Menjadi urusan Allah mau memberi hidayah sehingga mereka sadar akan kesalahannya, atau menghukumnya.
Bisa mengikuti cara Ummul Mukminin Aisyah ra ketika menghadapi fitnah telah berzina. Fitnah begitu virral. Massif. Bukan hanya hendak menghancurkan karakter Aisyah dan keluarganya, tapi nyaris merobek-robek karakter Islam.
"Misalnya saya bilang ya, padahal saya tidak melakukan zina. Tapi kalau saya bilang tidak, toh tidak akan dipercaya karena fitnah sudah begitu luas dan kuat. Saya pasrahkan kepada Allah yang Maha Tahu dan Maha Benar," kata Aisyah. Peristiwa fitnah Aisyah itu diabadikan di Al Quran Surah An Nur 1-18.
"Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui. (QS Al Qalam 44).
"Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya."(QS Ali Imran 54).
Umat Islam harus yakin, fitnah semacam itu tidak akan mematikan Islam. Bahkan semakin memperkuat. Kurang besar apa fitnah yang diproduksi kaum Yahudi dan musyrikin Madinah? Nyatanya malah Madinah jadi poros perkembangan Islam ke seluruh dunia.
Islam di Indonesia juga pernah diterpa fitnah yang sangat besar. Bahkan agen-agen, distributor, sales dan buladupak fitnah itu orang Islam sendiri. Mulai fitnah komando jihad, larangan pakai jilbab di sekolah, tuduhan ekstrem kanan, keterpengaruhan atau istilah sekarang terpapar ekstremisme dan sebagainya.
Apa Islam menjadi habis di Indonesia? Tidak. Islam itu ibarat berlian. Semakin digosok-gosok k semakin cemerlang. Ketika cemerlang, semakin banyak yang tertarik memiliki.
Nyatanya justru secara kualitatif meningkat. Di mana-mana ada gerakan hafal Al Quran. Para wanita mengenakan hijab untuk meng-counter feminisme sekuler. Kesadaran infaq dan sodaqah kian besar, dan sebagainya.
Untuk itu, setiap insan muslim bisa berjuang menanggulangi fitnah radikalisme ini dengan doa. Perlu dipertimbangkan juga baca qunut nazilah. Sangat bagus juga dimasyarakatkan baca Shalawat Asygil. Allahu a'lam bis-shawab.
*Anwar Hudijono, wartawan senior, tinggal di Sidoarjo.
Advertisement