Menjadi Umat Islam yang Sukses, Masuk Kategori Sifat Nabi
Bill Gates suatu ketika mengungkapkan, kunci sukses yakni memiliki tiga hal: trust, inovation, and networking. Menyikapi hal itu, Anwar Abbas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menegaskan, hal yang diungkapkan Bill Gates itu, bisa jadi masuk dalam kategori sifat nabi.
Implementasi sifat nabi yang dimaksudkan Anwar, antara lain, amanah sebagai bentuk dari trust, fatonah wujud dari inovation, dan tabligh yang berkaitan dengan networking.
“Oleh karena itu kalau seandainya umat Islam tidak sukses oleh karena itu tandanya implementasi dia terhadap sifat nabi itu kurang,” ungkap Anwar, dalam keterangan Senin, 17 Februari 2020.
Sebelumnya, ia mengungkapkan hal itu ketika memberikan Keynote Speech dalam Seminar Pra-Muktamar Ekonomi Berbasis Filantropi; Ekosistem Filantropi dan Arsitektur Ekonomi Muhammadiyah bertempat di Auditorium AR Fachruddin A Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pekan lalu.
Dalam sambutan sebelumnya, lanjut Anwar, Rektor UMY sebenarnya mengajak kita semua untuk kembali pada ajaran Allah SWT dan mengimplementasikannya dengan benar.
“Apa saja yang difirmankan oleh AllahSWT pasti benar dan apa yang disadarkan Rasulullah SAW juga pasti benar. Jadi kita harus membuktikan kebenaran tersebut dengan metode deduktif,” kata Anwar.
Dalam catatan ngopibareng.id, Anwar Abbas, yang juga Sekjen MUI belum lama menegaskan, sikap dari ormas-ormas Islam dan MUI sudah jelas yaitu amar makruf nahi munkar.
Anwar menegaskan,MUI maupun Muhammadiyah tidak akan berhenti menentang penindasan dan kezaliman terhadap Muslim Uighur.
“Kalau yang dilakukan pemerintah China itu baik kita dukung. Tapi kalau pemerintah China itu berbuat zalim kepada rakyat Uighur, maka sikap dari ormas-ormas Islam dalam hal ini MUI dan Muhammadiyah sudah jelas, yaitu kita tidak akan membiarkan praktek kezaliman itu ada dan apalagi bersimaharajalela,” ungkapnya.
Oleh karena itu, tambah Anwar, MUI dan Muhammadiyah mengutuk sikap dan tindakan pemerintah China terhadap umat Islam Uighur dan sikap pemerintah Amerika yang zalim terhadap rakyat Afghanistan dan rakyat Palestina, seraya menambahkan bahwa MUI dan Muhammadiyah cinta damai dan cinta keadilan.
“Meskipun 1.000 kali pemerintah China mengundang MUI dan Muhammadiyah untuk datang ke China, maka selama pemerintah China tidak bisa menghormati hak-hak beragama dari rakyat Uighur, maka MUI dan Muhammadiyah akan tetap bersuara dengan lantang melawannya,” ungkapnya.
Demikian juga untuk kasus di Afghanistan dan Palestina, lanjutnya, selama pemerintah Amerika Serikat tidak menghormati hak-hak rakyat Afghanistan dan Palestina, maka MUI dan Muhammadiyah jelas tidak akan tinggal diam.
“MUI dan Muhammadiyah tidak memusuhi negara China dan Amerika. Yang kami musuhi adalah perbuatannya yang tidak benar dan tidak manusiawi tersebut,” tuturnya.