Menjadi Pemilih Cerdas, Ternyata Begini Langkah dan Strateginya
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyampaikan bahwa masyarakat perlu menjadi pemilih yang cerdas dan kritis, menjelang pemilihan umum yang akan dilaksanakan tahun 2024 mendatang.
Hal ini dia ungkapkan pada kegiatan Sosialisasi Pemilu 2024 dengan tema "Peran Nyata Umat Katolik dalam Menyambut Pesta Demokrasi 2024", yang diadakan di Gedung Andre Prevot, Pamulang, Sabtu, (02 Desember 2023).
Benny, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa semua pemilu menentukan masa depan bangsa.
"Menjadi pemilih yang cerdas, dan memilih yang cerdas, menentukan masa depan bangsa; pemilu yang berjalan dengan adil dan diisi oleh pemilih yang cerdas akan mengeluarkan (bangsa) dari situasi yang tidak menyenangkan. Kenapa?
"Karena pemilu berisikan argumentasi dan gagasan untuk kebaikan bangsa, karena dengan begitu, pemilih cerdas ini memilih berdasarkan kemampuan, prestasi, dan rekam jejak."
"Intinya, mencegah yang terburuk berkuasa. Maka itu, penting untuk terus melakukan check and recheck dalam memilih para calon yang ada ini," tuturnya.
Menyelamatkan Demokrasi
Menurut Benny, kecerdasan memilih diperlukan untuk menjaga dan menyelamatkan demokrasi.
"Kalau memilih karena (calonnya) memberi bantuan langsung, uang, atau iming-iming jabatan, itu merusak demokrasi. Pemilih harus sadar betul bahwa memilih itu membawa konsekuensi kepada semuanya, termasuk mereka sendiri. Pilihan itu menentukan masa depan bangsa dan negara," serunya.
Pakar komunikasi politik ini memberikan masukkan bagi para pemilih.
"Cari pemimpin yang tidak berlebihan memberi janji, sampai-sampai tidak logis, janji tetap baik dan masuk akal sehat, punya integritas tinggi dan terbukti memiliki kemampuan menyelesaikan masalah. Ingat, tantangan kita banyak, konflik-konflik internasional yang sudah terbukti mempengaruhi bangsa kita, keadaan ekonomi dunia, kesejahteraan, lingkungan, dan semuanya," jelasnya.
Dia pun menyebutkan gimmick-gimmick yang dikeluarkan para calon yang ada juga jangan ditelan mentah-mentah.
"Sebutan-sebutan atau istilah yang mengarah pada gaya hidup anak muda sekarang (gen Y dan Z), tanpa ada kedalaman, seperti 'gemoy', 'santuy', sebaiknya jangan langsung ditangkap tanpa dikritisi, benar gemoy, benar santai dan santun, serta sopan?
"Atau itu hanya sekedar jargon supaya menarik perhatian? Saya pikir, disitulah diuji, apakah masyarakat, apakah pemilih, adalah cerdas dan kritis," lanjutnya.
Benny pun juga mengingatkan agar masyarakat mencari pemimpin yang terbukti mampu menjaga persatuan dan kesatuan, bukan memecah belah untuk mendapatkan suara.
"Kalau kita mau menjadi negara maju, visi Indonesia yang ditegaskan Soekarno untuk menjadi berdaulat. Kalau kita tidak kuat, tidak memiliki kepribadian dan kompetisi di persaingan global, ya kita jadi tertinggal. Bagaimana kita untuk menjadi kuat?
"Demokrasi harus baik, dan pemimpinnya bisa merawat keragaman. Kalau tidak, kita bisa seperti negara-negara di Arab, atau Afrika, yang bertikai satu sama lain,"
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP juga mengajak masyarakat untuk menyebarkan pengetahuan menjadi pemilih yang cerdas ini kepada khayalak luas.
"Pakai media sosial, rebut ruang-ruang publik. Edukasi semua untuk memiliki literasi kebangsaan, kecerdasan dan penggunaan media. Kalau tidak, kita mudah dipengaruhi oleh hoaks dan persepsi. Kita jadi berpikir satu dimensi saja," kata Benny.
Bila masyarakat mampu menjadi pemilih yang cerdas dan kritis, visi Indonesia Maju pun bisa dicapai. Dan pemilu serentak 2024 menjadi momentum untuk menuju Indonesia Maju.
Advertisement