Menjadi Manusia Sesungguhnya. Ini Kajian Adab Pesantren
Dalam "Kajian Tasawwuf & Adab", berikut ini merupakan sudut pandang pesantren, berdasar Imam Al Ghazali. Dihadirkan kembali dan disyarahi KH Fawaid Abdullah, Pengasuh Pesantren Aula Kombangan, Bangkalan. Berikut uraian lengkapnya:
Adab Wudlu'
Adab berikut nya adalah ber-wudlu. Wudlu yan baik itu adalah berwudlu yang sempurna. Wudlu yang sempurna itu bukan seberapa banyak menghabiskan air, tapi Wudlu yang sempurna itu seberapa bisa seseorang itu bisa tepat sasaran dalam membersihkan serta meratakan air kepada semua anggota Wudlu nya.
Maka dari itu, untuk bisa ber-wudlu yang sempurna itu, sebaiknya seseorang itu bisa menepati dan memakai cara ber-wudlu dan melaksanakan adabiyah ber-wudlu sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Al Ghazali sebagaimana berikut ini :
"Apabila anda itu selesai ber-istinja', maka jangan lah meninggalkan bersiwak, karena dengan nya dapat mensucikan mulut serta dapat Ridla Allah serta dibenci Syaitan. Shalat dengan bersiwak itu lebih utama di bandingkan dengan 70 kali Shalat tanpa siwak".
Lebih lanjut, Imam Al Ghazali menyampaikan Adab berikut nya dalam ber-wudlu adalah :
"Ber Wudlu itu hendaknya menghadap Qiblat, tempat nya di tinggikan sekiranya cipratan Air tidak mengenai anggota badan dari orang yang ber-wudlu. Bacalah Bismillah !, lalu basuhlah kedua tangan nya tiga kali sebelum dimasukkan kedalam tempat ber-wudlu nya.
Berkumur-kumurlah, lalu ngisep air kedalam hidung masing2 sebanyak tiga kali.
Setiap pekerjaan itu semuanya di iringi dengan ber-DOA. Jadi, Wudlu yang sempurna itu ya mengikuti adabiyah ber-wudlu sebagaimana menurut Al Ghazali ini.
Penting ingin saya tulis disini sebagaimana menurut Imam Al Ghazali. Bahwa kesempurnaan ber-wudlu itu sekali lagi, bukan dan tidak di ukur seberapa banyak menghabiskan air. Malah Imam Al Ghazali menegaskan :
"Jangan sekali-kali berbicara ditengah-tengah seseorang itu ber-wudlu. Jangan menambah membasuh anggota Wudlu lebih dari tiga kali. Jangan memperbanyak menuangkan air di luar kebutuhan, sehingga terjerumus kedalam was-was, karena sifat was-was (mengulang-ulang gerakan yang sama dalam ber-wudlu dengan cara berlebih2han, lebih dari tiga kali gerakan) itu bagian dari permainan syaitan, namanya syaitan wilhan. [selengkapnya, silahkan dibuka dan dibaca Kitab Bidayah Al Hidayah karya Imam Al
Ghazali dalam Bab Wudlu].KH Fawaid Abdullah mengatakan, “Saya ingin sampaikan melalui tulisan ini, melihat dan membaca karya Imam Al Ghazali ini tidak benar dan tidak tepat menurut saya apa yang disampaikan oleh segelintir orang atau salah satu Ustadz atau "kyai" itu, dengan gaya metheng-theng berbusa-busa (saya pernah lihat tayangan rekaman2 ceramah "pidato" nya di YouTube), bahwa ber-wudlu dengan cara2 seperti yang disampaikan memenuhi adabiyah menurut Imam Al Ghazali diatas ini bagian dari bid'ah katanya.”
“Sekali lagi, ini lebih pada pendekatan adabiyah atau totokromo, sopan santun dalam ber-wudlu. Jangan kita berpikir apalagi menganggap sedikit-sedikit bid'ah dan menuding2 tidak benar apalagi sesat terhadap urusan2 adabiyah termasuk dalam ber-wudlu ini. Naif sekali kalau cara seperti itu dipake apalagi oleh orang yang "konon" mengaku ahli Agama.”
Wallahu A'lam, ditulis di Bangkalan yang ditulis 30 Maret 2018. (adi)
Advertisement