Meniup Terompet Malam Tahun Baru Ternyata Budaya Yahudi
Merayakan tahun baru tanpa meniup terompet terasa kurang asik. Menjelang pergantian tahun, sering dijumpai para penjual terompet berkeliaran di setiap sudut pasar.
Mulai dari pedagang kaki lima hingga gerai yang ada di setiap mall besar di tanah air. Pejabat, masyarakat tua muda dan anak anak menyambut pergantian tahun dengan meniup terompet, bertretet ria memakakkan telinga.
Tetapi tidak banyak yang tahu asal muasal terompet yang ditiup menjelang detik-detik pergantian malam tanggal 31 Desember itu.
Mantan pendeta Ahmad Kainama, dalam salah satu kajian kristologi, menjelaskan tradisi meniup terompet di malam tahun baru adalah mewarisi budaya paganisme, sebuah istilah yang pertama kali muncul di antara komunitas Kristen di Eropa bagian selatan.
Kaum Pagan meniupkan trompet untuk menyembah Dewi Isthar, yaitu roh perempuan yang diyakini sebagai dewi kesuburan.
"Asal muasal terompet adalah dari Horn, yaitu tanduk kambing yang panjang yang dilubangi lalu ditiup oleh kaum Pagan untuk memanggil roh dalam satu peribadatan," kata Kainama kepada ngopibareng.id, Kamis 31 Desember 2020.
Nyong Ambon ini juga menyebut meniup trompet merupakan budaya masyarakat Yahudi ketika menyambut tahun baru Taurat yang jatuh pada bulan ketujuh atau tarikh 1 bulan Tishri dalam kalendar Ibrani kuno. Hal ini pun terpampang dalam Al-kitab Imamat 23; 24
“Katakanlah kepada orang-orang Israel, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari cuti penuh yang diperingati dengan meniup terompet, yakni hari pertemuan kudus,” (Imamat 23:24)," kata Kai.
Pembina mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat, yang nama aslinya Agustinus Christoper Kainama, menjelaskan, pada malam tahun baru, masyarakat Yahudi melakukan muhasabah diri dengan tradisi meniup shofarot, yaitu sebuah alat musik jenis terompet.
Bunyi shofarot adalah sama bunyinya dengan terompet kertas yang dibunyikan kebanyakan penyambut di malam tahun baru.
Sejarah mencatat sejak tahun 63 SM, Yahudi sudah akrab dengan penggunaan terompet.
Di kalangan ulama berpendapat lain. Ulama mengimbau umat Islam jangan mengikuti budaya atau prilaku Yahudi meniup trompet di malam tahun baru.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddun Umar, menguatkan pendapat tersebut. Ia menuturkan suatu ketika, Nabi Muhammad SAW memikirkan bagaimana cara mengumpukan orang-orang untuk shalat berjamaah.
Ada yang mengusulkan mengibarkan bendera ketika waktu shalat tiba. Ada juga yang mengusulkan memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi’.
Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, “Itu adalah perilaku Nasrani.” (HR. Abu Daud, no.498 dan Al-Baihaqi, 1704)
Setelah menyebutkan hadist di atas, Nasar mengatakan, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka dengan terompet gaya yahudi yang ditiup. Beliau beralasan, itu adalah kebiasaan Yahudi…(Iqtidha’ Shirat al-Mustaqim, Hal.117 – 118)
Dai ternama Ustad Abdus Somad dalam beberapa ceramahnya melarang umat Islam ikut-ikutan meniup terompet di malam tahun baru. "Berdoa dan bersyukur di malam tahun bagi seorang muslim lebih mulia daripapa mengikuti budaya Yahudi," kata UAS.
Advertisement