Tahu Lontong Lonceng, Kuliner Legendaris di Kota Malang
Sudah 85 tahun lamanya, Warung Tahu Lontong Lonceng di Jalan Martadinata, Kedungkandang, Kota Malang, berdiri, sejak dirintis pada 1935 silam. Pemilik warung, Muhammad Apriyono, 40 tahun, adalah generasi ketiga penerus tahu lontong lonceng yang pertama kali dijajakan oleh kakeknya, Husein.
Irisan lontong terihat tumpang tindih dengan tahu yang telah dibalut telur. Baluran saus kacang dan pete yang tebal menyeliputi tahu dan lontong, bertabur tauge dan kerupuk.
Bila sesendok tahu lontong masuk dalam mulut, rasa tahunya terasa khas. Gurih saus kacang dan petisnya menambah lezat tahu yang bercampur dengan rasa pedas. Satu piring tahu lontong yang dibanderol dengan harga Rp11 ribu, mengenyangkan perut sekaligus memuaskan lidah penggemar lontong dan saus kacang petis khas Warung Tahu Lontong Lonceng.
Warung ini, buka setiap hari sejak pukul pukul 10 pagi hingga pukul 16.00 sore.
"Kakek saya pada 1935 menjual tahu lontong pertama kali menggunakan bakul yang dipikul keliling," terangnya pada Sabtu 7 Maret 2020.
Apriyono menjelaskan penamaan lonceng sendiri karena kawasan warung tersebut berada di kawasan lonceng. Diceritakannya, dulu kakeknya menjual tahu lontong tepat berada di bawah lonceng atau jam besar merah yang ada di simpang tiga Jalan Martadinata.
Lokasi tersebut berjarak sekitar 30 dari Warung Tahu Lontong Lonceng saat ini. "Mulai menempati ruko ini sekitar 1987, ketika bapak saya yang meneruskan usaha kakek," tutur Apriyono.
Orangtua dari Apriyono bernama Haji Buang, ia mulai meneruskan usaha dari Kakek Husein mulai dari 1980. Sedangkan Apriyono sendiri mulai meneruskan warung tahu lontong tersebut pada tahun 2000.
"Dari sekian banyak cucunya tidak ada yang berminat jualan tahu lontong. Jadi saya inisiatif untuk meneruskan. Ini kan resep keluarga," terangnya.
Ada banyak penjual tahu lontong di Malang. Namun, untuk menjaga cita rasa yang khas, Apriyono menerangkan bahwa olahan tahu diproduksi sendiri oleh mereka. Tahu dimasak dengan menggunakan kayu bakar untuk menciptakan rasa yang khas dari tahu kebanyakan.
"Kalau pakai kayu bakar kan agak beda rasanya daripada yang dijual di pasar," ungkapnya.
Selain itu bumbu seperti petis dan kecap juga diolah sendiri oleh Apriyono untuk menjaga cita rasa sejak 1935." Kecap dan petisnya itu kami beri rempah-rempah agar menambah cita rasa yang khas," jelasnya.
Setiap harinya, Warung Tahu Lontong Lonceng miliknya bisa menjual sekitar 500 porsi. Bahkan terkadang banyak pelanggannya dari luar kota yang berkunjung ke Kota Malang menyempatkan diri mencicipi tahu lontong lonceng miliknya.
"Biasanya ada dari luar kota seperti daerah Jabodetabek juga ada dari Kalimantan. Mereka kan ada keluarga di Malang. Mungkin istilahnya ingin nostalgia dengan menikmati tahu lontong," pungkasnya.