Menikmati Kopi Sembari Mengikuti Proses Sangrai Kopi
ngopibareng.id - Mojokerto memiliki julukan sebagai kota onde-onde, kota ini juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat mengikuti perkembangan jaman. Warung kopi juga ikut serta dalam pengembangan kota.
Tak hanya warung kopi saja, Mojokerto juga memiliki roastery (penyangrai kopi) kopinya sendiri untuk menyuplai kebutuhan kopi di coffee-coffee shop sekitar. Salah satu roastery cukup ternama berada di Dusun Belahan, Desa Brayung, Kecamatan Puri, Mojokerto. Tempat ini tak hanya sebagai tempat peroastingan kopi saja, namun Machfud Chalimi juga menyediakan tempat untuk menikmati kopi yang diberinya nama "Kedai Kopi Asisa".
Kedai Kopi Asisa sendiri sudah ada sejak setahun lalu, tepatnya 1 Agustus 2015. Filosofi nama yang diambil dari tempat ini yakni ketika mengunjungi kedai kopi di Surabaya yang pemiliknya ketika menyebut ekselsa menjadi asisa. "Kebetulan saya sendiri menyukai ekselsa dan saya juga suka dengan nama asisa jadi dari situlah nama Kedai Kopi Asisa tersebut bermula," ujar Machfud Chalimi pemilik Kedai Kopi Asisa.
Machfud menceritakan, membuka kedai kopi sebetulnya tidak sengaja ia lakukan. Berawal dari coba-coba sambil belajar menyeduh kopi dan pada akhirnya beannya menumpuk banyak, lalu bingung akan dibuat apa, akhirnya muncul inisiatif untuk dijual. Tak lama setelah itu ia juga mencoba untuk belajar meroasting kopi, dan targetnya adalah kopi-kopi lokal Mojokerto. "Meroasting kopi juga tak sengaja saja saya juga hanya berkeinginan untuk belajar, namun pada akhirnya kok kelewatan sampai seperti ini," terangnya.
"Sebetulnya untuk alat roasting sendiri saya buat sendiri, karena alat roasting yang sangat mahal. Saya membuat alat tersebut juga di bantu dengan teman bengkel," tambahnya.
Dari roastingan yang ia buat, Machfud mencoba membuat rasa kopi yang berbeda. Sehingga ketika orang menikmati kopi arabica maupun robusta itu tidak berasa pahit. Ciri dari roastingan dari Kedai Kopi Asisa sendiri yaitu memiliki warna terang, agar rasa pahit tersebut tidak muncul. Hasil roastingan kopi yang sudah ia buat pun kini sudah sampai ke Jakarta, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bangkalan, dan paling banyak Mojokerto hampir seluruh coffee shop.
Dari usahanya yang sudah berjalan, Machfud mempunyai harapan yakni kelak masih tetap dapat menikmati kopi. Serta penikmat kopi sendiri mampu melihat rasa yang di sajikan bukan tempat. "Pada dasarnya masyarakat di Mojokerto sendiri itu masih melijat tempat yang bagus untuk ngopi, bukan rasa yang membuatnya mampir ke warung kopi," tutupnya. (hrs)