Mengubah pikiran, Mengubah Hidup
Oleh Muhammad Anshar Akil
Saya menyaksikan di sekitar kita banyak sekali orang-orang kesulitan mengubah hidupnya. Kerja keras menggunakan otot dan tenaga fisik tidak selalu menjamin hidup kita berubah dengan cepat. Namun ada yang lebih penting yaitu mengubah pikiran lebih dulu, maka yang lainnya akan mengikuti. Kita dapat meng-create hidup kita dengan bahan baku yang ada di pikiran kita.
Hari ini saya mengupdate status di media sosial: “Perubahan hidup dimulai dari perubahan pikiran. Ide-ide apa yang ada dalam pikiranmu? Semangat apa yang tersimpan di pikiranmu? Apa tujuan yang diinginkan dalam pikiranmu? Perjelas kembali isi pikiranmu maka hidupmu akan lebih lapang dan meningkat”. Ini adalah kuncinya, mengubah hidup melalui perubahan pikirna. Saya ingin melanjutkan pembahasan ini. Bahwa apapun perubahan hidup yang diinginkan, lakukan perubahan itu dari pikiran. Mengubah pikiran berarti mengubah sikap; mengubah sikap berarti mengubah tindakan; mengubah tindakan berarti mengubah hasil. Pikiran kita adalah sumbernya, mengelola pikiran adalah tugas kita, sedangkan kualitas hidup adalah refleksi dari kualitas pikiran kita selama ini.
Hidup kita terdiri dari realitas internal dan eksternal. Realitas internal adalah kondisi pikiran kita (mind set), cara kita mengelola pikiran-pikiran kita: apa yang kita impikan, apa yang kita fokuskan, apa yang kita yakini, apa yang kita kejar? Sedangkan realitas ekternal adalah segala yang terjadi di luar diri kita seperti situasi ekonomi, politik, pandemi, dan sebagainya. Realitas eksternal yang dihadapi sama, namun realitas internal (pikiran) kita berbeda, sehingga hasil-hasil yang diperoleh setiap orang dalam hidup ini juga berbeda-beda.
Sebagai contoh. Kita semua mengalami krisis masa pandemi Covid-19. Namun akibat dari krisis ini berbeda-beda. Banyak orang-orang yang down, terpuruk, jatuh miskin, mengalami penderitaan; namun banyak juga yang tetap bertahan dengan berbagai kreasi dan inovasi baru, mereka mengalami kemajuan di masa krisis.
Antara kondisi eksternal (stimulus) dan tindakan kita (respon) terdapat ruang kosong (gap) yang dapat digunakan untuk memilih pikiran terbaik dalam situasi terburuk. Pilihan itulah yang menentukan hasil-hasil kita. Misalnya orang-orang yang sakit punya pilihan untuk pesimis atau optimis sembuh dari penyakitnya. Apakah pikiran mengalahkan penyakitnya; atau penyakit mengalahkan pikirannya? Orang-orang bisa lebih cepat mencapai kesembuhan jika menjalankan prosedur pengobatan dengan pikiran ceria dan optimisme.
Begitu pula dalam menghadapi kemiskinan, kemelaratan, kebodohan, kesengsaraan, penderitaan --- sebenarnya kita bisa mengubahnya dengan memperbaiki kualitas pikiran kita. Kesulitan hidup berasal dari kualitas pikiran yang lemah, kurang ide, kurang semangat, penuh konflik, berbagai penyakit pikiran yang menghambat seperti malas, tidak disiplin, curang, dan lain-lain. Semua penyakit ini perlu disingkirkan lebih dulu dari pikiran kita.
Setelah itu, silahkan mengisi pikiran dengan gambaran-gambaran sukses, kaya, bahagia. Siapa pun dapat meningkat lebih cepat jika mengisi pikirannya dengan ide-ide baru, impian baru, semangat baru, optimisme, dan kerja keras melampaui masalah-masalah yang dihadapi. Krisis terjadi di luar sana tapi tidak terjadi di dalam pikiran kita. Kita lah yang memelihara dan mengendalikan pikiran kita untuk membawa kita ke tempat-tempat terbaik yang kita inginkan.*
*Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNL adalah Dosen Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Motivator Nasional, tinggal di Makassar.