Mengubah Lorong Ngeri Balai Pemuda Jadi Lorong Seni
Surabaya: Di areal parkir komplek Balai Pemuda saat ini sedang dikerjakan proyek pembangunan parkir bawah tanah (basement). Sisi utara sudah selesai dikerjakan tahun lalu dengan nilai proyek Rp 19 milyar, tahun ini dilanjutkan sisi selatan dengan nilai proyek Rp 20 miliar. Pelaksana proyek baik tahun lalu maupun tahun ini sama, PT Cipta Karya Multi Teknik.
Seluruh Areal proyek yang sudah selesai ditutup melingkar dengan pagar seng. Di tengah-tengahnya dibuat lorong juga dengan pagar seng, untuk orang-orang dari perpustakaan menuju ke Masjid Assaqinah dan kantin, serta kantor DKS (Dewan Kesenian Surabaya) yang berada di belakang masjid.
Lorong ini lebarnya 1,5 meter. Siapapun yang lewat lorong ini akan merasa ngeri, kanan kiri diapit pagar seng yang terkesan tajam dan berbahaya. Padahal lorong ini menuju ke komunitas kesenian di Surabaya.
Setelah pagar seng dilukis mural dengan berbagai ornamen, dan bagian atasnya ditutup dengan para net, lorong sempit ini jadi lebih indah. Dan dingin. Kalau tadinya lorong ini mengerikan dan panas, sekarang jadi lorong indah yang dingin.
“Idenya dari situ, lorong pagar seng ini harus dibuat lebih manusiawi. Karena itu kami segera mengontak beberapa pelukis dari Komunitas Ruang Samping Unipa. Kami patungan beli cat, dan membuat mural di sepanjang pagar seng yang menjepit ini,” kata Andri Corot yang bersama Miesgiyanto jadi koordinator kegiatan mengubah lorong ngeri jadi lorong seni.
“Sebetulnya masih banyak teman-teman dari komunitas lain yang ingin bergabung. Tapi kalau terlalu banyak pelukis yang terlibat nanti hasilnya malah bisa beda dengan gagasan awal,” kata Andri Corot. Karena itu seniman yang terlibat tidak banyak, hanya 12 orang, tambahnya.
“Mas Taufik Monyong Ketua DKJT juga mengirim cat, jadi kegiatan ini benar-benar swadaya murni kami,” kata Miesgiyanto. “Ini bukan bentuk protes, dan tidak ada hubungannya dengan proyek yang sedang dikerjakan. Tapi ini benar-benar murni karena kami peduli,” tambah guru menggambar ini. (nis)