“Mengkado” Haornas dengan Kesadaran Berolahraga
Oleh: Bambang Bes
Tidak perlu menunggu hari libur Sabtu dan Minggu, setiap pagi di jalan-jalan protokol, di sekitar taman, di sekitar sarana olahraga di berbagai kota, dipenuhi oleh masyarakat yang berolahraga. Terutama jalan kaki, lari-lari, maraton, jogging, senam, dan sepeda santai.
Meningkatnya kesadaran berolahraga ini semoga bukan hanya dimotivasi keinginan untuk memiliki imunitas yang kuat untuk menghadapi pandemi Covid-19. Lebih dari itu, semoga tumbuh menjadi gaya hidup sehat baru, dan kita bisa mengemasnya sebagai “kado” dalam peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang kita peringati setiap tanggal 9 September. Jika ini yang terjadi, disertai dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan kian meluasnya imunitasi, tidak mustahil herd immunity segera terwujud.
”Benar sekali, bisa dikatakan kesadaran masyarakat berolahraga saat ini meningkat. Hampir semua lintasan jalan protokol, jalan dan taman di perumahan yang tadinya sepi, sekarang jadi tempat warga untuk berolahraga,” kata Mochammad Salim, wartawan senior bidang olahraga di Jakarta.
Catatan Salim, sejak pandemi ini masyarakat berolahraga lari/maraton dan jalan kaki kian banyak dan meluas. Di jalan protokol seperti Sudirman, Thamrin, PPIK (Pantai Indah Kapuk), Ancol, Bumi Serpong Damai (BSD), ramai dengan warga berolahraga. Walau selama PPKM ini beberapa fasum sementara ditutup, seperti Stadion Utama GBK dan Kebun Raya Bogor, tetapi yang di bagian luar stadion tetap sulit untuk dicegah dari jenis olahraga individual, yang kebanyakan dilaksanakan bersama anggota keluarga.
“Untuk trecking bukit ada di Cisadon Sentul, Bogor. Kebetulan jarak sampai Puncak PP hanya 14 Km. Lumayan ideal. Karena itu pada hari-hari libur dipadati oleh pelari dari Jabodetabek, Bandung, dan Banten,” tambah mantan wartawan Surabaya Post ini.
Di kota-kota lain juga demikian. Di Surabaya, arena favorit olahraga pagi itu ada di sekitar kantor Pemkot, jalan protokol, taman Gelora 10 November, dan GOR Pancasila. Kawasan pinggir di Surabaya Barat, lebih terpusat” di sekitar bundaran Simpang Sukomanunggal Jaya dan “Segi Delapan” SCTV. Jalannya lebar, paving semua, kanan-kirinya penuh tanaman yang rimbun, banyak taman-taman, sehingga suasana dan udaranya segar. Menyenangkan sekali untuk berolahraga pagi,” kata Soejono, warga Balongsari, memberikan testimoni.
Di ring Sukomanunggal Jaya itu bahkan menjadi “pangkalan” para pecinta olahraga pagi. Datang dari berbagai tempat, memparkir motor atau mobilnya di sekitar itu, lalu ditinggal jalan kaki melintasi blok-blok di kawasan itu, ada yang lari maraton, joging, tamplekan badminton, bahkan arena favorit para penggowes beristirahat.
Di Kota Malang arena favourit di bunderan Jl. Tugu (Balaikota), Jl. Ijen, Jl. Dieng, stadion luar Gajayana, dan lapangan Rampal. Seorang guru olahraga di Solo, M. Yahya memberi informasi, di Solo paling ramai di Alkid (Alun-akun Kidul) dan sepanjang Jl. Slemet Riyadi. Yang di Bandung, antara lain bisa ke sepanjang Jl. Asia Afrika, lapangan Gasibu, komplek stadion Siliwangi dan stadion luar Bandung Lautan Api (Gedebage).
Dari Jogyakarta, Hanung Sutadi, pengowes Sleman ini menginformasikan, tempat paling disenangi warga jalan-jalan pagi dan olahraga ringan lainnya, antara lain di kompleks UGM. Persisnya di sekitaran gedung Graha Saba Pramana (GSP), sakitar stadion Mandala Krida, Alun-alun kidul, Alun-alun lor, Jogya Expo Center (JEC), dan lapangan Denggung Sleman.
Kita mungkin sudah mengenal nama Simpang Lima Gumul (SLG). Di sinilah olahragawan warga Kediri suka meluangkan waktunya di pagi hari. Bahkan saat sore hingga malam pun SLG menjadi arena yang banyak dikunjungi warga. Tetapi selama PPKM ini ketika sudah petang hingga malam, untuk sementara SLG ditutup.
Di Semarang, tempat favorit berolahraga pagi di sekitar Simpang Lima dan GOR Tri Lomba Juang. Di lapangan terbuka itu tamannya bagus, segar, jadi banyak disukai warga, kata Winarni, warga kampung Banyumanik Semarang. Alun-alun kembar depan kantor Pemkab Pacitan juga masih bertahan sebagai arena favorit olahraga pagi bagi warga kota “Seribu Gua” ini. Tetapi sekarang meluas sampai ke Jalan Cuwik hingga pantai Teleng Ria.
Di luar Jawa, misalnya di Jayapura, Nicolaus Uwe, pensiunan pegawai bank, mengakui masyarakat Papua itu suka berolahraga. Apalagi menjelang jadi tuan rumah PON XX - 2021 ini. Arena yang paling disukai di sekitar Stadion Mandala dan jalan kota. Tetapi di sekitar venue-venue baru calon arena PON nanti, juga sudah diincipi dimanfaatkan untuk olahraga ringan. Sedang di Banjarbaru, Kalsel, arena pavourit yang sama antara lain di sekitar kompleks kantor Gubernuran, lapangan Dr. Murjani, dan GOR.
Berjalan yang Terbaik
Kegiatan masyarakat yang rajin melangkahkan kakinya di pagi hari itu sangat sesuai dengan resep Dr. Melina B. Jampolis, dokter spesialis internist top di AS, mantan host acara talkshow kesehatan seperti The Doctors, Dr OZ, dan Hallmark Home & Family. Setiap siaran, Dr. Melina tidak lupa untuk selalu mengajak pemirsanya mau berolahraga jalan kaki.
”Itu olahraga nomer satu yang saya sarankan kepada semua pasien saya, sebab yang paling mudah dijalani. Kuncinya hanya satu, yaitu mau. Tidak ada syarat lainnya kecuali sepasang sepatu atau alas kaki lainnya,” kata dokter penulis buku best seller The Doctor on Demand Diet (2012) ini.
Menurutnya, setiap hari bisa rutin berjalan selama 30 menit saja, ini suatu gaya hidup sehat paling baik untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Berjalan 30 menit itu, kata alumni FK Tufts University, Massachusetts, itu identik melangkah antara 3000 hingga 4.500 ayunan, sejauh 2,5 sampai 3,3 Km. Selama itu pula sudah bisa membakar 150-300 kalori. Tetapi yang ini juga tergantung pada kecepatan berjalan, kondisi jalan, dan bobot tubuhnya.
Tetapi ia juga mengakui masih banyak masyarakat belum mengerti manfaat olahraga jalan kaki. Banyak juga yang tidak menyangka bahwa olahraga sesepele wong mlaku ini bisa menumbuhkan efek positif signifikan bagi tubuh, jika dibandingkan dengan lari. Hasil penelitiannya, bila jalan kaki dijalani secara rutin maka manfaatnya sama dengan jenis olahraga lain, bisa untuk mendongkrak kebugaran dan stamina tubuh.
Pengetahuan itulah yang dijalani oleh komunitas Pokkring (Pokok Keringeten) dari sebuah perumahan di Surabaya Barat. ”Sudah belasan tahun kami berjalan bersama. Tetapi saat pandemi ini hanya pagi saja, yang jalan malam sementara istirahat. Biayanya murah tetapi manfaatnya untuk kesehatan bagus sekali,” ujar Fredy Ananto, wakil dari Pokkring.
”Bisa seperti itu karena ada tujuan sama, yaitu kesehatan. Olahraga ini sebenarnya semua bisa menjalani, sebab tidak butuh ketrampilan khusus tetapi manfaatnya besar,” pengakuan Soejono. Panyandang diabetes ini tahu bahwa penyakitnya itu tidak bisa disembuhkan. Bisanya hanya menjaga agar gula dalam darahnya tidak naik, dan cara mengatasinya dengan menjaga pola makan dan olahraga teratur. Sejak rutin jalan pagi tiga tahun ini, gula darahnya normal, badan tidak lemas dan tidak mudah capek, katanya.
Soedjoko, warga Tandes lainnya, yang di jantungnya sudah tertanam 6 buah ring, mengerti bahwa jalan kaki bisa menguwatkan jantung. Karenanya walau sudah ngantongi “bintang” enam, ia rajin jalan-jalan, bahkan bersepeda santai. ”Alhamdulillah badanku lebih enak dibanding sebelum rutin olahraga. Tapi saya tetap harus kontrol: tidak boleh capek, ngoyo, dan ngos-ngosan. Kalau terasa kemeng, ya istirahat, lalu jalan lagi,” kata Djoko.
Prinsip pecinta jalan kaki demi kesehatan itu juga sesuai dengan petunjuk Jack La Lanne, ahli kebugaran, konsultan gizi, motivator kesehatan, mantan host program fitness di televisi AS: The Jack LaLanne Show. Kata Lanne, "Exercise is king and nutrition is queen: together, you have a kingdom” (olahraga itu raja, gizi itu ratu. Kalau keduanya digabungkan, kamu akan mendapatkan kerajaan).
Kerajaan yang dimaksud adalah imunitas, antibody, atau “tentaranya” tubuh. Jika imunitas itu kuat, dijamin seseorang tak mudah sakit. Seperti yang viral dari dr. Tirta, jika ada suatu penyakit (virus, bakteri, kuman) masuk dalam tubuh, para “tentara” di tubuh itu langsung mendapat sinyal: “Oh ada musuh (penyakit) datang”, maka pasukan kerajaan itu segera melawannya. Kalau pasukan kerajaan (imunitas) itu kuat, maka musuh (penyakit) bisa dikalahkan dan badan tidak jadi sakit.
Itulah maka di saat pandemi ini berolahraga juga dianjurkan untuk meningkatkan imunitas, sekalian modal penting menghindari Covid-19. Menpora bahkan sudah menerbitkan Surat Edaran (SE) No. 6.11.1/Menpora/VI/2020 tentang aturan olahraga yang bisa dijalankan saat pandemi, antara lain olahraga individu dan yang bisa dilaksanakan di rumah (halaman).
Artinya olahraga individu seperti jalan kaki, maraton, dan nggowes, tidak menyalahi SE. Yang terpenting mau melaksanakan (olahraga). Kita berharap meningkatnya kesadaran masyarakat berolahraga ini juga bisa menumbuhkan semakin kokohnya kesehatan bangsa menuju wujud herd immunity seperti kita harapkan. Men sana in corpore sano – di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa sing kuat. Selamat memperingati Haornas 2021. (*)
*) Bambang Bes, wartawan senior, penggiat dan pemerhati olahraga, tinggal di Surabaya.