Mengintip Rumah Kampung Majapahit di Mojokerto yang Eksotis
Trowulan, sebuah Kecamatan di Kabupaten Mojokerto, dipercaya oleh banyak arkeolog sebagai ibukota kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di tanah Jawa. Banyak temuan, baik candi, petirtaan, bekas pemukiman, kanal, kolam besar serta sebaran kekunaan yang tersebar di area ini.
Terilhami oleh kemashyuran Majapahit dan potensi wisata purbakala yang demikian besar, maka sejak 7 tahun terakhir di beberapa titik kawasan Trowulan sedang disulap menjadi Kampung Majapahit.
Desa Bejijong Kecamatan Trowulan, Mojokerto salah satu Desa yang menjelma menjadi desa wisata yang unik karena mempunyai ratusan rumah bergaya Majapahit. Kampung ini menawarkan sensasi menginap di rumah klasik tersebut sembari mengunjungi sejumlah tempat bersejarah, mempelajari beberapa kesenian dan menikmati kuliner khas.
200 Rumah Majapahit
Kampung Majapahit adalah kawasan pemukiman penduduk berupa deretan rumah tinggal berarsitektur Majapahit. Kerja sama Pemkab Mojokerto dengan Pemprov Jatim membuat 200 rumah Majapahit berdiri di Desa Bejijong tahun 2015 lalu. Dengan anggaran Rp 16,3 miliar, saat itu, pemerintah juga membangun 50 rumah Majapahit di Desa Jatipasar dan 46 unit di Desa Sentonorejo.
Pembangunan rumah Majapahit ditambah 300 unit pada tahun 2016. Yakni masing-masing 100 rumah di Desa Trowulan, Temon, dan Watesumpak. Setiap rumah menelan biaya Rp 40-60 juta. Sehingga total 596 rumah Majapahit berdiri di 6 desa wilayah Kecamatan Trowulan.
Desain ratusan rumah Majapahit antara lain merujuk pada Naskah Negarakertagama, relief sejumlah candi dan artefak kuno. Sumber-sumber sejarah tersebut dipadukan dengan konsep modern. Rumah Majapahit dibangun di depan rumah-rumah penduduk. Sebagian menyatu dengan rumah induk, banyak pula yang terpisah.
Dinding rumah Majapahit tersusun dari bata merah pres sehingga terlihat natural. Fondasi rumah terbuat dari batu setinggi hampir 1 meter. Desain bangunan ini melebar dengan dua daun pintu kembar yang terbuat dari kayu. Selain itu, terdapat dua buah jendela pada sisi kiri dan kanan bangunan. Atapnya berupa genting berhiaskan ukel.
Mempunyai 200 rumah Majapahit membuat Desa Bejijong semakin eksotis. Sehingga memacu semangat masyarakatnya untuk mengembangkan desa wisata. Geliat kampung Majapahit mulai terasa sejak tiga tahun lalu. Banyak rumah Majapahit yang dimanfaatkan menjadi homestay sebagai penginapan para wisatawan. Setiap rumah dihiasi aneka kembang sehingga asri dan adem.
Seperti yang dilakukan Untung Siswanto 60 tahun, pemilik Homestay Dewi Sri di Desa Bejijong. Rumah Majapahit tepat di halaman rumahnya itu dilengkapi dengan tempat tidur berkapasitas 2 orang, kursi, meja, lemari pakaian, kaca rias, hingga tempat minum tradisional berbahan tanah liat. Sehingga nuansa zaman dulu sangat kental di penginapan ini.
"Pengunjung dari Bali, Sidoarjo, Mojokerto dan Madiun. Biasanya datang pada malam hari untuk menginap, paginya jalan-jalan, lalu pulang," kata Untung, Senin 28 Februari 2022.
Kepala Desa Bejijong, Pradana Tera Mardiatna menjelaskan, saat ini sekitar 30 rumah Majapahit di kampungnya yang disulap menjadi penginapan. Sedangkan rumah Majapahit lainnya dimanfaatkan masing-masing pemiliknya untuk warung nasi, toko kelontong, ruang tamu rumah, serta toko produk kesenian atau art shop.
Saat ini, pihaknya menyediakan beragam paket wisata Kampung Majapahit. Tarifnya pun beragam, mulai dari Rp 125.000 sampai Rp 375.000 per orang.
Dengan tarif paling murah, pengunjung bisa menikmati jalan-jalan ke Candi Brahu dan Mahaviara Mojopahit dengan patung Budha Tidur raksasanya. Selain itu, wisatawan juga diajak melihat langsung proses pembuatan patung cor kuningan, batik tulis Majapahit dan telur asin asap.
Jika memilih paket wisata lengkap, setiap pengunjung juga bisa menikmati fasilitas tambahan selain di atas. Yaitu bermalam di rumah Majapahit, menikmati kuliner khas ayam kemaron, serta berwisata ke Siti Inggil yang merupakan petilasan Raja Majapahit pertama, Raden Wijaya.
"Dengan beberapa paket wisata yang kami sediakan, para pengunjung bisa menikmati atmosfer Majapahit, suasana senja di Majapahit," jelasnya.
Selain berwisata, para pengunjung juga bisa membeli berbagai oleh-oleh berupa produk kerajinan cor kuningan, telur asin asap dan kain batik. Setelah pandemi berakhir, Desa Wisata Kampung Majapahit Bejijong juga akan menyuguhkan pertunjukan tari tradisional asli Mojokerto dan pasar rakyat Majapahit.
"Kami mempunyai beberapa sanggar tari yang memberdayakan anak-anak dan remaja di desa kami. Namun, pertunjukan masih terkendala pandemi. Pasar rakyat Majapahit yang sempat berjalan tahun 2020 juga akan kami hidupkan lagi setelah pandemi berakhir," tandasnya.
Advertisement