Mengintip Penghapusan Tato Gratis di Klinik Polresta Banyuwangi
Seorang perempuan muda berkaus putih tampak menahan sakit. Terlihat dari mimik wajahnya yang mengernyitkan dahi dan mata. Sambil terus menahan sakit, perempuan ini melihat ke bagian pangkal lengan kanannya yang sedang disinari alat berbasis sinar laser. Bunyi tet, tet, tet terdengar saat sinar laser menyentuh kulit yang terlukis dengan tinta berwarna biru tua.
Sembari menjalani terapi, perempuan ini mengenalkan dirinya sebagai Yana, 28 tahun, warga, Sukowono, Kabupaten Jember. Dia tengah menjalani terapi penghapusan tato di Klinik Pratama, Polresta Banyuwangi, Senin, 10 April 2023. “Keinginan saya sendiri, dari hati saja ingin membersihkan tato,” jelasnya sambil sesekali menahan sakit.
Yana mengaku, proses penghapusan tato ini masih terasa sakit meski diterapi dengan menggunakan laser. Sebelum diterapi, di sekitar tato yang akan dihapus sebenarnya sudah diberikan anestesi lokal. Tapi ternyata anestesi itu tak begitu mempan. Masih terasa sakit disinari laser.
Namun meski sakit, proses itu tetap dia jalani. Karena niatnya sudah bulat untuk menghilangkan tato yang ada di tubuhnya. “Saya juga malu, karena sudah memiliki anak,” bebernya.
Dengan pandangan yang lebih sering ke arah tatonya, Yana menceritakan dirinya sudah sekitar delapan tahun memiliki tato. Kala itu, dirinya mentato tubuhnya karena ikut-ikutan dengan teman-temannya. Setelah menikah mulai muncul niat untuk menghapus tatonya. Meski suaminya tidak pernah protes.
“Suami tidak pernah mempermasalahkannya, ini niat saya sendiri untuk menghapus tato,” katanya.
Jauh sebelum ada kegiatan penghapusan tato gratis yang diselenggarakan Seksi Kedokteran dan Kesehatan Polresta Banyuwangi bersama Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso ini, dirinya sudah pernah melakukan terapi di salah satu tempat di Jember.
Untuk penghapusan tato di lengannya itu, dipatok seharga Rp9 juta. Harga ini untuk proses terapi sampai tato benar-benar hilang. Dari jumlah itu dirinya baru membayar sebesar Rp1,5 juta sebagai uang muka. “Saya sudah sempat menjalani terapi satu kali,” terangnya.
Setelah terapi pertama itu, Yana mendapatkan kabar dari seorang keluarganya yang bekerja di salah satu Rumah Sakit di Jember terkait pelaksanaan penghapusan tato gratis ini. Setelah melalui proses skrining kesehatan dirinya akhirnya bisa mengikuti program penghapusan tato gratis ini. “Ini terapi pertama di sini,” ungkapnya.
Alasan yang tidak jauh berbeda disampaikan Pt, 49 tahun, warga Jalan Kepiting, Banyuwangi. Pt tergugah hatinya untuk membersihkan tato. Kebetulan juga ada program penghapusan tato gratis, sehingga niat baik menghapus tato ini semakin bulat saja.
Pria ini mentato tubuhnya pada tahun 1995 lalu. Tato itu dibuat karena saat itu lingkungan pergaulannya banyak yang bertato. Mau tidak mau dirinya terpengaruh untuk ikut menato tubuhnya. Dia menyebut, ada empat titik pada tubuhnya yang ditato. “Ini masih menunggu giliran,” katanya sambil menunjukkan tato bagian kakinya yang akan dihapus.
Motivasi Pt untuk menghapus tato ini juga dipengaruhi oleh perasaan dan hatinya. Dirinya merasa risi dan tidak nyaman dengan tato yang dimilikinya. Ditambah lagi, putrinya yang berusia 14 tahun beberapa kali mempertanyakan tato yang dimilikinya. “Anak saya pernah tanya, Ayah kok seperti itu,” jelasnya.
Yana bukan perempuan satu-satunya perempuan yang menghapus tatonya dalam program ini. Setidaknya ada 9 perempuan yang tergugah untuk menghapus tatonya. Beberapa di antaranya ada yang mengenakan hijab dan datang dengan diantar suami dan anaknya. Ada beberapa dari mereka yang terlihat malu-malu.
Kapolresta Banyuwangi Kombespol Deddy Foury Millewa menyatakan, penghapusan atau tato removal ini merupakan bakti sosial untuk membantu masyarakat yang ingin membersihkan tato. Khususnya di bulan Ramadan ini.
“Sesuai syariat, tato itu kan tidak diperbolehkan dalam berwudu. Dengan ini kita membantu rekan-rekan yang sudah terlanjur bertato untuk dihilangkan,” jelasnya.
Hari ini, menurutnya, ada sekitar 38 orang yang sudah menjalani terapi penghapusan tato. Dari jumlah ini sembilan di antaranya perempuan. Sejak dibuka, ada sekitar 150 orang yang telah mendaftar untuk penghapusan tato ini. Nantinya, setiap bulan, akan dilaksanakan terapi pada 20 orang.
Dilakukan sebulan sekali karena proses regenerasi sel tubuh itu efektif satu bulan. Selain peserta yang baru, nantinya mereka yang sudah menjalani terapi saat ini juga kembali dilakukan terapi. Karena untuk penghapusan tato hingga bersih butuh hingga lima kali terapi. “Yang sudah melaksanakan hari ini nanti datang lagi,” terang polisi yang pernah menjabat Kapolres Lumajang ini.
Dijelaskannya, masyarakat yang mengikuti tato removal lebih dulu menjalani skrining kesehatan. Meliputi pemeriksaan tensi, gula darah, hepatitis B dan HIV. Jika lolos skrining maka mereka diperbolehkan mengikuti penghapusan tato.
“Tujuan dari kegiatan ini, sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Niat tulus dari Sie Dokkes Banyuwangi khususnya untuk melayani masyarakat,” ungkapnya.