Mengintip Pembuatan Beduk di Mojokerto saat Bulan Ramadan
Samar-samar terdengar dari kejauhan suara mesin penghalus kayu. Debu dan serbuk kayu beterbangan. Tampak salah satu pekerja sibuk memotong kayu menjadi beberapa bagian. Sementara pekerja lain terlihat membentuk kerangka kayu menjadi berbentuk silinder.
Inilah kesibukan para pengrajin beduk 'Langgeng', sebuah industri beduk rumahan di Desa Kedungsari, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.
Rupanya kesibukan mereka membuat beduk meningkat tajam, bahkan dua kali lipat ketika memasuki bulan Ramadan.
Jika hari biasa dalam sebulan hanya menerima pesanan sebanyak 4 sampai 5 beduk, tetapi pesanan beduk di bulan Ramadan bisa sampai 10 hingga 12 beduk.
Mungkin inilah yang dinamakan berkah bulan Ramadan. Budi Nurcahyo, 37 tahun, sang pemilik usaha mengaku, pesanan beduk mengalami peningkatan ketika bulan puasa datang.
Di tempat pembuatan beduk 'Langgeng', Budi dibantu oleh beberapa pekerja untuk melayani pesanan pembuatan beduk dari seluruh daerah di Jawa Timur hingga luar pulau, seperti Jombang, Sidoarjo, Surabaya, Lamongan dan Gresik. Sementara untuk luar pulau, ada Maluku Utara dan Papua.
Dengan kulit sapi pilihan, beduk buatan pengrajin yang memulai usahanya sejak tahun 2009 lalu ini cukup diminati. Apalagi, pesanan beduk yang paling banyak dipesan adalah ukuran sedang, yakni diameter 80 cm dan panjang 1,5 meter.
Menurut Budi, kulit sapi betina memiliki serat yang lebih kuat dan awet, sehingga beduk akan tahan lama. Kulit sapi betina ia peroleh dari penjual kulit sapi.
Untuk harga tergantung bentuk ukuran, namun yang banyak dipesan mulai harga Rp20 juta sama Rp30 juta.
Untuk tahapan pembuatan beduk, kerangka dipasang kayu supaya jadi beduk dan dikeringkan dengan cara dioven. Kemudian dipasang kulit dan finishing dengan memberikan ukiran khas Mojokerto.
“Bulan puasa ada peningkatan, sampai dua kali lipat dari hari biasa. Ukuran yang paling laku sedang dan besar. Mulai harga Rp20 juta sampai Rp30 juta. Bahannya saya pakai kayu jati dan kulit sapi betina,” kata Budi, Kamis, 30 Maret 2023.
Masih kata Budi, awalnya dia tidak memiliki cita-cita sebagai pengusaha kerajinan beduk. Namun saat bekerja sebagai tukang mebel, ternyata tidak cukup laku di pasaran sehingga ia memutuskan banting setir untuk memulai membuat kerajinan beduk pada tahun 2009 lalu.
Untuk menyelesaikan satu beduk, ia membutuhkan waktu antara dua pekan hingga satu bulan. “Tergantung ukuran, semakin kecil ukurannya maka semakin cepat waktu penyelesaiannya. Untuk ukuran kecil, diameternya 40 cm. Tapi untuk waktu pengeringan satu bahan kayu baku beduk lebih lama dari waktu pembuatan, 5 sampai 8 bulan agar kayu benar-benar kering dan mampu mengeluarkan suara yang bening, lembut dan merdu,” jelasnya.
Budi menjelaskan, beduk dengan kualitas kayu yang baik dan pembuatan yang tepat bisa bertahan hingga 30 tahun. Untuk harga bervariasi, tergantung ukuran, antara 8 juta sampai 85 juta. Harga tersebut sudah termasuk satu paket, yakni beduk dan kentung atau pukulan.
“Mungkin ada kemiripannya dengan pengrajin lain (beduk buatannya). Namun kami punya ciri khas, kalau ukiran kami punya ukiran khas Mojokerto, jadi kalau pemesan tidak memberikan kriteria beduk yang diinginkan, kami kasih ukiran khas Mojokerto,” ungkapnya.
Advertisement