Mengintip Kokoh Masjid Satu Tiang di Tuban, Begini Filosofinya
Sekilas dilihat dari luar, bangunan masjid yang ada di Dusun Gomang, Desa Lajolor, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban ini tampak seperti bangunan masjid pada umumnya.
Namun, perbedaan bangunan masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Songo dengan masjid pada umumnya itu akan tampak ketika dilihat dari dalam.
Di dalam masjid, terdapat sebuah batang pohon jati berukuran besar berdiri kokoh di tengah-tengah masjid. Batang pohon jati besar itu ternyata adalah satu-satunya tiang utama dari masjid tersebut.
Hingga kini, masjid yang didirikan oleh Pengasuh Ponpes Wali Songo, KH. Nur Nasroh Hadiningrat itu populer dengan sebutan Masjid Satu Tiang.
Pengasuh Ponpes Wali Songo, KH. Nur Nasroh Hadiningrat mengatakan, masjid satu tiang ini didirikan sekitar tahun 1994. Pendirian masjid itu didasari karena kebutuhan dari ponpes yang telah berdiri sejak tahun 1977.
Dengan dana yang secukupnya itu, masjid dibangun dengan satu batang pohon jati besar utuh berdiameter 85 centimeter dan panjang 27 meter sebagai tiang penyangga utama.
Kemudian, pada bagian atap masjid, kubah tidak dibuat seperti kubah masjid pada umumnya. Melainkan, kubah dibuat dari tumpukan gembol-gembol akar kayu jati yang dipasang tanpa pengikat, diartikan sebagai kehati-hatian.
"Filosofi atau makna dari tiang satu itu dimaksudkan agar ketika kita masuk masjid akan berkonsentrasi bahwa Allah itu hanya satu," terang KH. Nur Nasroh Hadiningrat, Rabu 20 Maret 2024.
Selain itu, Kyai Nur Nasroh juga menuturkan jika setiap ornamen maupun bentuk dari bangunan masjid satu tiang ini ada maknanya masing-masing.
Seperti halnya tiang utama masjid yang tingginya 27 meter, itu dimaksudkan bahwa perjalanan Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab. Dimana Nabi Muhammad mendapatkan perintah untuk mengerjakan salat lima waktu.
“Satu tiang utama yang besar dan tinggi ini sebagai petunjuk bagi setiap orang yang masuk masjid agar hatinya selalu mengingat Allah, Dzat Yang Maha Besar, Maha Tinggi dan Maha Agung,” tandasnya.
Kemudian bangunan masjid itu memiliki lebar 17 meter, itu dimaksudkan dari peristiwa Nuzulul Quran atau turunnya wahyu pada tanggal 17 Ramadan serta bilangan rakaat salat Fardu juga berjumlah 17 rakaat.
“Angka 17 ini juga bagian dari angka yang disukai oleh Bangsa Indonesia, sehingga hari kemerdekaan dipilih juga tanggal 17 Agustus,” jelas Pengasuh Ponpes Wali Songo tersebut.
Di sisi lain, untuk ukuran panjang dari bangunan masjid itu mencapai 40 meter, itu dimaksudkan awal Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah berupa Alquran adalah berusia 40 tahun.
Selanjutnya, Masjid An Nur Nurul Miftahussofyan ini juga ditopang dengan 8 buah tiang tambahan sebagai penyangga pada bagian tepi atap. Sehingga, totalnya tiang masjid berjumlah 9 tiang.
“Sembilan itu dimaksudkan bahwa Islam masuk di Pulau Jawa melalui sosok Wali Songo. Dan pesantren itu menganut ajaran dari Wali Songo,” imbuhnya.
Untuk pintu, lanjut Kyai Nur Nasroh masjid ini memiliki lima buah pintu masuk 3 pintu berada di sisi depan dan terdapat masing-masing satu pintu masuk di sisi samping kanan dan kiri masjid. “Untuk lima pintu itu dimaksudkan dengan 5 sendi rukun Islam, begitu juga dengan Pancasila yang memiliki 5 sila,” pungkasnya.
Sebatas diketahui, hingga saat ini masjid yang sudah berusia puluhan tahun tersebut masih berdiri kokoh dan aktif digunakan oleh para warga setempat dan para santri pondok pesantren Wali Songo Dusun Gomang.