Mengintip Keunikan Koleksi Museum Gubug Wayang di Kota Mojokerto
Museum Gubug Wayang di Kota Mojokerto menjadi alternatif wisata edukasi. Di tempat ini, wisatawan dapat melihat beragam jenis wayang, topeng, terakota, keris, dan mainan tradisional.
Museum ini berlokasi di Jalan RA Kartini nomor 23, Kelurahan Kauman, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Menemukan lokasinya cukup mudah, tembok bagian depan gedung terdapat tulisan ‘Musem Gubug Wayang’ yang sangat besar dan menonjol.
Arsitektur bangunannya bergaya kolonial belanda dan dihiasi sejumlah bendera merah putih. Gedung ini bertingkat tiga. Setiap tingkat berisi koleksi yang berbeda.
Memasuki kawasan museum, wisatawan akan disambut dengan dua arca Dwarapala di depan pintu. Jika kunjungan bertepatan pada hari Sabtu, pengelola menampilkan penembang Macapat.
Di lantai pertama, wisatawan dapat melihat beragam koleksi boneka Serial Film Si Unyil yang populer tahun 1980-2000. Boneka-boneka ini asli buatan Suryadi atau lebih populer dipangil Pak Raden.
Tak hanya boneka, juga ada miniatur Desa Suka Maju, pedesaan fiksi di alur cerita Serial Si Unyil. Masih di lantai pertama, wisatawan pasti dibuat takjub dengan koleksi satu set pagelaran wayang kulit lengkap dengan alat musik tradisional dan sosok dalang.
“Koleksi kami 9.800 lebih berupa aneka wayang, gamelan, pusaka asli Indonesia, topeng, alat musik tradisional, mainan anak-anak yang semuanya masterpiece,” kata Pengelola Museum Gubuk Wayang, Sya’dan Jumat 8 September 2023.
Kemudian di lantai kedua ada beragam jenis wayang dari berbagai daerah buatan tokoh-tokoh ternama di Indonesia.
Antara lain, wayang golek Tegal, wayang golek raksasa, wayang Potehi, wayang suket karya Ki Gepuk dari Rembang, wayang Sodo berbahan lidi karya Marsono asal Gunung Kidul, dan masih banyak yang lainnya.
Koleksi kaset tempo dulu sampai modern juga ada di lantai dua museum gubug wayang. Puluhan topeng dengan aneka ragam karakter juga dipajang di dinding. Namun, wisatawan dilarang menyentuh, apalagi mengambilnya. Karena khawatir rusak.
“Mulai dari wayang era Purwa, madya, dupara dan wayang Panji ada semua. Dari bentuknya ada wayang kulit, wayang golek, wayang pring, wayang sodo, wayang dari paralon bekas, odol, sampai wayang sesek dari anyaman bambu,” ujar Sya’dan.
Terakhir di lantai tiga, wisatawan disuguhi patung karikatur sosok para Presiden Indonesia dan ditunjukkan karya-karyanya yang cukup terkenal. Selain itu juga ada puluhan lencana lambang angkatan bersenjata mulai zaman Hindia Belanda hingga kemerdekaan.
Museum pertama kali dibuka pada 15 Agustus 2015 dalam bentuk sanggar oleh Yensen Project Indonesia. Dulu, Gubug Wayang belum menjadi museum, melainkan sebuah sanggar dengan luas 3×3 meter persegi.
Seiring berjalan waktu berkembang menjadi fokus seni dan budaya. Bangunan museum memang bekas peninggalan Hindia-Belanda yang dibangun tahun 1912.
“Kami buka 15 Agustus 2015 yang diresmikan langsung Pak Suyadi atau Pak Raden. Selanjutnya kami buka umum sampai sekarang menjadi wisata edukasi. Kami juga menyediakan spot-spot foto dengan koleksi museum yang instagramable,” cetusnya.
Museum Gubug Wayang hanya dibuka pada hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Khusus akhir pekan, tiket masuknya Rp 30 ribu untuk dewasa dan Rp 20 ribu untuk anak-anak. Sedangkan tiket masuk hari biasa Rp 25 ribu untuk dewasa dan Rp 20 ribu untuk anak-anak.