Mengimani Isi Al-Quran Tak Boleh Pilih-pilih, Ini Penjelasannya
Bagi umat Muslim, Al-Quran ibarat ruh kehidupan. Tanpa Al-Quran, kehidupan umat muslim bagaikan jasad tanpa ruh. Allah Subhanahu wa ta'ala (Swt) menegaskan pentingnya posisi Al-Quran melalui peristiwa Lailatul Qadar agar umat Muslim senantiasa mengingat dan dekat dengan Al-Quran.
“Saya yakin tidak ada peristiwa yang dalam syariat kita diperingati secara kolosal, bahkan dikhususkan ibadah kecuali bahwa Allah menginginkan pada kita untuk mengingat suatu peristiwa Lailatul Qadar di mana Al-Quran diturunkan,” kata Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal.
Fathurrahman menjelaskan, kata ganti dalam ayat pertama Surat Al-Qadr merujuk pada Surat Al-Alaq yang menegaskan soal Al-Quran dan Lailatul Qadar.
“Al-Quran adalah ruh bagi kita. Juga dikatakan Al-Quran adalah cahaya bagi kita. Ibarat tanpa cahaya, seseorang akan menghadapi banyak ketimpangan dalam kehidupan,” terangnya, dalam pengajian online.
Al-Quran adalah Kalamullah
Berkenaan dengan Al-Quran, mengimaninya ayat-ayat yang ada di dalamnya pun menurut Fathurrahman harus total.
Seorang yang mengimani kekuasaan Allah dalam fenomena alam sepatutnya juga mengimani Al-Quran dengan menghindari berbagai larangan yang disebutkan di dalamnya.
“Pertanyaannya adalah apakah keimanan kita pada kalamullah itu juga paralel dengan hukum-hukum yang seharusnya ada di realitas kehidupan kita? mengapa kita percaya pada fenomena bulan yang mengalami gerhana tapi tidak percaya dengan ayat-ayat Allah misalkan larangan untuk melakukan zina, larangan untuk membunuh, larangan untuk minum khamr. Ini pertanyaan yang sangat penting,” jelasnya.
“Kalau kita percaya pada ayat-ayat yang ada di alam semesta, tapi kemudian kita mengabaikan ayat-ayat Allah yang sesungguhnya masuk dalam jantung kehidupan kita, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang belum percaya bahwa sesungguhnya Al-Quran adalah Kalamullah,” terang Fathurrahman.