Mengikuti Nafsu Pangkal Kerusakan, Pesan Kitab Al-Hikam
Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam, pasal 43, menulis:
أَصْلُ كلُّ مَعصِيَّةٍوَغَفلةٍ وَشَهْوَةٍ الرِّضاَ عَنِ النفْسِ، واصْلُ كُلِّ طَاعةٍ وَيَقَظَةٍ وَعفَةٍ عَدَمُ الرِّضاَ مِنْكَ عَنْهاَ
"Pokok / sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin memuaskan (ridho dengan) hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber segala ketaatan, kesadaran dan moral [budi pekerti], ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa nafsu."
Penjelasan (Syarah)
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (QS. Yusuf 53.)”
Ridha dengan nafsu itu menjadi sumber semua kemaksiatan dan lupa kepada Allah. Hal itu dikarenakan menjadi sebab tertutupnya cela dan cacatnya nafsu, sehingga celanya nafsu akan dianggap baik. Dan orang yang ridha dengan nafsunya akan menganggap baik tingkah lakunya, orang yang menganggap baik tingkah lakunya tentu akan lupa kepada Allah. Sebab lupa itu manusia tidak mau meneliti tingkah lakunya dan meneliti aib dan cela dirinya. Sehingga macam-macamnya kesenangan nafsu menguasai hatinya, dan akhirnya dia terjerumus pada kemaksiatan.
Abu Hafash berkata: "Barangsiapa yang tidak menundukkan hawa nafsunya sepanjang waktu dan tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menarik ke jalan kebaikan, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barangsiapa melihat padanya dengan sebuah kebaikan, berarti ia telah dibinasakannya."
Imam Al-Junaid al-Baghdadi berkata: "Jangan mempercayai hawa nafsumu, walaupun telah lama taat kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan- mu."
Imam Al-Bushiry dalam Burdahnya berkata: "Lawan selalu hawa nafsumu dan syaitan serta jangan menuruti keduanya, walaupun keduanya itu memberi nasehat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan waspada."
Sedangkan curiga terhadap nafsu (tidak ridha dengan nafsu) itu menjadi sumber ketaatan dan ingat kepada Allah. Hal itu dikarenakan orang yang tidak ridha dengan nafsunya ia tidak menganggap baik kelakuannya. Sehingga ia selalu waspada dan selalu meneliti semua kelakuannya. Sehingga nafsunya tidak bisa bebas menguasai orang tersebut. dan orang yang waspada terhadap gerak gerik nafsu akan selalu menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. Demikian itulah yang dinamakan taat kepada Allah.
Kesimpulan'
1. Ikutilah Allah dan Rasul-Nya, niscaya akan menjadikan seseorang selamat dan bahagia dunia akhirat.
2. Jangan ikuti bisikan nafsu, iblis dan setan, karena ujung-ujungnya akan menghancurkan kamu di dunia dan di akhirat.
Referensi:
Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, pasal 43.