Menghindari Kekerasan, Begini Pesan Imam Besar Istiqlal
Dalam beberapa hari terakhir, praktik kekerasan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Mulai dari berita hoaks, hingga menimbulkan kerusuhan di Papua. Hingga, aksi massa mahasiswa, yang ditumpangi kepentingan politik suatu kelompok, hingga terjadi aksi kekerasan.
Di tengah masalah kebangsaan yang berkembang itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, memberikan pesan-pesan bagi umat Islam. Berikut petikannya:
Islam adalah agama yang sangat tegas menentang pemaksaan dan kekerasan. Untuk tujuan apa pun, atas nama apa dan siapa pun, serta kepada siapa pun, bahkan untuk kepentingan agama Allah pun, cara-cara kekerasan harus tetap dihindari, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat: “tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” (QS al-Baqarah (2):256).
Bahkan doktrin jihad yang selama ini banyak disalahpahami sebagai alasan untuk memerangi dan membunuh orang lain, pada hakikatnya justru bertujuan untuk menghidupkan orang dan mengangkat martabat kemanusaan. Firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 33 di bawah ini dengan tegas melarang melakukan tindakan pembunuhan kepada orang yang tak berdosa:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan satu (alasan) yang benar: Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS. al-Isra’[17]:33).
Siapapun tidak boleh memandang enteng sebuah jiwa, karena Allah swt menegaskan dalam surat al-Maidah ayat 32: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena mambuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. al-Maidah[5]:32).
Begitu indahnya ayat ini sehingga Barack Obama saat masih menjadi Presiden Amerika dalam pidato ilmiahnya di Universitas Cairo Mesir pernah mengutip ayat ini. Menurut Obama, sedemikian besar perhatian Tuhan terhadap nyawa dan jiwa setiap orang sehingga pernyataan ayat tersebut tidak pernah ditemukan di dalam kitab suci mana pun.
Jihad sesungguhnya untuk mewujudkan kedamaian markokosmos (alam raya) dan mikrokosmos (manusia). Keseimbangan antara alam dan manusia serta mahluk hidup lainnya hanya bisa diwujudkan jika sesama umat manusia saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Persaudaraan antar sesama adalah salah satu hal yang dijadikan tujuan di dalam al-Qur’an, sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Hujurat ayat 10: “Sesungguhnya orang-orang yang memiliki keimanan (kepada Tuhan) adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (jika terjadi konflik).” (QS. al-Hujurat [49]:10).
Jika seseorang sudah beriman kepada Tuhan, seperti apa pun keimanannya, harus diperlakukan secara terhormat. Mengenai hal ini, Allah berfirman dalam surat al-Syu’ara ayat 114: “Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Syu’ara [26]:114).
Bahkan Allah juga menegaskan agar sesama manusia saling memuliakan satu sama lain: “Dan sesungguhnya kami muliakan anak-anak Adam.” (QS. al-Isra’[17]:70). Siapa pun yang merasa anak cucu Adam tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, agama, dan kepercayaannya, wajib saling menghormati satu sama lain. Kita wajib memuliakan umat manusia sebagaimana sang Penciptanya memuliakannya. Bukan hanya kepada orang lain, tetapi terhadap diri sendiri pun Allah swt melarang untuk mencelakakan diri, sebagaimana ditegaskan: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah (Ihsan), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Baqarah[2]:195).
Memang kita berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran, sepahit apa pun risikonya, sebagaimana sabda Nabi: “Katakanlah kebenaran itu sekalipun akibatnya.” Namun dalam menyampaikannya kita tetap diminta melakukannya dengan penuh kebijakan: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Nahl [16]:125).
Dalam ayat lain ditegaskan: ”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. al-Qashas[28]:56).
Subhanallah, sedemikian mulia dan agung nilai-nilai kemanusiaan di dalam al-Qur’an. Sayangnya, ada segelintir orang yang sering mengatasnamakan diri-Nya untuk menodai nilai-nilai keagungan itu. Semoga kita semua terhindar dari perilaku dan tindakan semacam itu.
Dipetik dari situs: jatman.or.id.
Advertisement