Menggugat Makna Ijo-Abang, Hangatkan Rumah Peradaban Jombang
Puluhan wartawan, dosen, birokrat, penulis, guru, aktivis sosial, unsur LSM dan budayawan Kabupaten Jombang melingkar bersama membahas DNA Kabupaten Jombang. Acara digelar di Rumah Peradaban MEP (Menebar Energi Positif), Jombang Citra Raya pada Kamis, 25 April 2024 sore.
H. Ali Fikri, tokoh senior, sesepuh sekaligus mantan Wakil Bupati periode 2003-2008 dan Bupati Jombang pada Juni hingga September tahun 2008 memberi prespektif berbeda terkait filosofi ijo dan abang.
"Saya kurang sependapat dengan dikotomi itu. Sebab, orang itu tak hanya dua warna tersebut. Masih ada warna-warna lain yang ikut memberikan mozaik berbeda." tukas pria yang biasa disapa Ustadz Fikri itu.
Selain itu, bila merujuk sejarah. Tahun 1910 adalah titik awal Jombang ditasbihkan sebagai kabupaten.
Berkelanjutan Diskusi
Ada kilatan sejarah besar di situ. Yakni, bagaimana mungkin seorang bupati di Sidayu tiba-tiba berkenan saat diminta menjadi pejabat baru di daerah pemekaran yang belum jelas. Ini yang kita kenal sebagai pengorbanan.
Spirit inilah yang menjadi titik tekan pada DNA Jombang.
Gus Didin Ahmad, Ketua Baznas Jombang, dalam pemantiknya, menyampaikan. DNA Jombang harus kita rawat. Wujudnya dengan menjaga generasi mudanya dari pergaulan tidak sehat, LGBT, dan kenakalan remaja.
"DNA Jombang itu mesti kita rawat. Merawat DNA, wujudnya menjaga generasi mudanya dari pergaulan tidak sehat, LGBT, dan kenakalan remaja," ucapnya.
Ia juga menambahkan jika Jombang dipandang sebagai kota santri, itu artinya Jombang membutuhkan akhlakul karimah bukan sekadar anak-anak yang bisa mengaji dan warganya guyup. Tetapi Jombang yang berakhlakul karimah dan beradab.
"Jombang jika dipandang sebagai kota santri, berarti membutuhkan akhlakul karimah. Bukan sekadar anak-anak bisa ngaji, bukan sekadar warganya guyup tetapi juga Jombang yang beradab", tegasnya.
As'ad Kepala Perpustakaan Tebuireng dan Dosen menyoroti banyak hal kelemahan pelayanan publik di Jombang.
" Transportasi publik pingsan. Lyn mati, masyarakat atasi sendiri dengan naik motor. Padahal bahayanya dan kemungkinan kecelakaan tinggi. Ruang publik hanya ada alun-alun dan banyak seolah pemkab abai begitu saja," tegas As'ad yang pernah tinggal di Belanda.
Nasrul ilah, iin, Dian Sukarno menyoroti banyak hal DNA Jombang dalam perspektif sejarah dan keunggulan Jombang.
Yusron Aminulloh sebagai Pendiri Rumah Peradaban Jombang, saat memungkasi acara. Ia menyebut, "Ini diskusi pertama di Rumah Peradaban Jombang, berjalan lancar. Akan lanjut, diskusi rutin bulanan.
"Harapan kami membangun atmosfir diskusi dan lahir diberbagai titik di Jombang," tutup pendiri DeDurian Park Group ini lugas.