Menggerakkan Kepala saat Berzikir, dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah
Banyak dari ulama dan kiai kita saat berzikir menggerakkan kepala, ke kanan dan ke kiri, baik saat Zikir Thariqah maupun majlis zikir. Ada yang mengatakan bidah, tidak ada contohnya dari Nabi dan lainnya.
Kita temukan riwayat para Sahabat melakukan hal tersebut. Seperti disampaikan dua ulama ahli hadis dan ahli sejarah, Al-Hafidz Ibnu Katsir dan Al-Hafidz Ibnu Jauzi:
ﻭاﻟﻠﻪ ﻟﻘﺪ ﺭﺃﻳﺖ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻤﺎ ﺃﺭﻯ اﻟﻴﻮﻡ ﺷﻴﺌﺎ ﻳﺸﺒﻬﻬﻢ، ﻟﻘﺪ ﻛﺎﻧﻮا ﻳﺼﺒﺤﻮﻥ ﺻﻔﺮا ﺷﻌﺜﺎ ﻏﺒﺮا ﺑﻴﻦ ﺃﻋﻴﻨﻬﻢ ﻛﺄﻣﺜﺎﻝ ﺭﻛﺐ اﻟﻤﻌﺰﻯ، ﻗﺪ ﺑﺎﺗﻮا ﻟﻠﻪ ﺳﺠﺪا ﻭﻗﻴﺎﻣﺎ ﻳﺘﻠﻮﻥ ﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﻳﺘﺮاﻭﺣﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﺟﺒﺎﻫﻬﻢ ﻭﺃﻗﺪاﻣﻬﻢ، ﻓﺈﺫا ﺃﺻﺒﺤﻮا ﻓﺬﻛﺮﻭا اﻟﻠﻪ ﻣﺎﺩﻭا ﻛﻤﺎ ﻳﻤﻴﺪ اﻟﺸﺠﺮ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ اﻟﺮﻳﺢ
Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata: “Demi Allah, sungguh aku telah melihat para sahabat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tidak ku lihat hari ini sesuatu yang menyerupai mereka. Sungguh para sahabat telah terlihat di pagi hari dalam keadaan rambut acak-acakan, di antara kedua mata mereka seperti lutut kambing, mereka telah bermalam karena Allah, mereka bersujud, mereka bangun ibadah, membaca Al-Quran dan mereka istirahat diantara dahi dan kaki mereka. Jika mereka telah bangun di pagi hari mereka berzikir kepada Allah dengan bergerak seperti pohon yang bergerak di saat angin kencang” (Al-Bidayah wa An-Nihayah 8/7 da Sifat Ash-Shafwah 1/124)
Jadi sebenarnya mereka yang menuduh bidah itu tidak pernah dzikir banyak dan lama. Coba mereka ajak dzikir lama (seperti perintah Allah dalam Al-Ahzab 41) tanpa menggerakkan kepala, in sya Allah tidak lama lehernya akan terasa nyeri otot.
Ust M Ma’ruf Khozin, Aswaja NU Center PWNU Jatim.
Zikir Pagi
Dibaca 100x dalam sehari
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaaha wa atuubu ilaih.
Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya.
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/101 dan Muslim 4/2075.
Hadits selengkapnya:
Dari Aghar bin Yasar Al Muzanni radliallahu 'anhu, bahwa beliau mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai para manusia, bertaubatlah kepada Allah! Sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya 100x dalam sehari."
Keterangan:
Dzahir hadis menunjukkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta ampunan dan bertaubat.
Bukankah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam orang yang ma'shum (terhindar dari dosa), lalu mengapa beliau perlu bertaubat? Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan ini:
Ibn Batthal mengatakan: Para nabi adalah orang yang paling bersungguh-sungguh dalam beribadah, karena tingkatan makrifat (mengenal Allah) yang Allah berikan kepada mereka. Maka mereka adalah orang yang selalu istiqamah bersyukur kepadaNya, istiqamah dalam mengakui segala kekurangannya, baik kekurangan ketika melaksanakan ibadah maupun kekurangan dalam keseharian dengan melakukan hal-hal yang mubah, sehingga tidak sempat berdzikir kepada Allah.
Tujuan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam banyak bertaubat adalah dalam rangka mengajari umatnya.
Yang dimaksud "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ma'shum" adalah terhindar dari dosa-dosa besar atau ma'shum dari bentuk berkhianat dalam penyampaian syariat. Namun beliau tidak ma'shum dari dosa kecil dan kesalahan kecil. Sehingga beliau butuh untuk istighfar.
Demikian disampaikan Hisnul Muslim. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.