Menggenjot Sektor Unggulan
Presiden Joko Widodo mewanti-wanti kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk fokus terhadap tiga sektor ekonomi unggulan. Ketiganya adalah sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan, serta pertanian. Hal itu disampaikan dalam rapat terbatas yang digelar di Istana Negara belum lama ini.
Ketiga bidang itu memang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang selama ini sudah lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Berdasarkan data tahun 2016, sektor industri pengolahan menyumbang 28,92 persen dari total Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Jatim. Sedangkan jasa dan perdagangan 29,27 persen. Lalu pertanian 14,7 persen.
Kinerja sektor industri ini dicapai dengan kawasan industri existing seluas 4.759 hektar. Untuk menggenjot pertumbuhan yang lebih tinggi di sektor industri telah direncanakan pengembangan kawasan industri seluas 31.854 hektar. Rencana pengembangan kawasan industri ini sejalan dengan pengembangan infrastruktur jalan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Lantas apa langkah inovatif yang bisa diambil dalam meningkatkan kinerja sektor industri? Diantaranya adalah mendorong tumbuhnya industri turunan dari industri sekunder dari berbagai sumberdaya yang ada. Pengolahan bahan baku tidak hanya terjadi dalam satu langkah, tapi berbagai langkah sehingga bisa menghasilkan nilai lebih yang berlipat-lipat.
Sekadar contoh, di Jawa Timur telah ada industri yang mengolah sumberdaya alam berupa konsentrat menjadi katoda tembaga. Industri yang sejak beberapa tahun digalakkan pemerintah ini sudah beroperasi sejak 20 tahun lalu. Produk industri ini diekspor sebanyak 60 persen. Sedangkan 40 persen diserap oleh kebutuhan dalam negeri.
Kapasitas produksi industri pengolahan SDA ini masih bisa ditingkatkan dua sampai tiga kali lipat. Itu artinya, produk katoda tembaga yang bisa dihasilkan juga masih bisa digenjot lebih besar lagi. Dengan demikian, potensi kemampuan ekspor komoditas industri olahan ini masih bisa ditingkatkan lagi.
Namun, alangkah baiknya kalau produk industri olahan SDA ini terserap oleh industri turunan berikutnya. Misalnya, industri chip prosesor untuk elektronik dan komputer. Sehingga produk industri primer tersebut menghasilkan industri sekunder lainnya dengan bahan baku dari industri sekunder yang telah ada. Dengan cara ini, nilai lebih dari komoditas yang dihasilkan bangsa ini bisa bertingkat-tingkat.
Mendorong tumbuhnya industri turunan atas industri manufaktur mengandaikan adanya mata rantai yang kuat antara hulu dan hilir. Dengan demikian, dari awal kita sudah memikirkan mata rantai jenis industri yang akan kita kembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku, potensian market yang kita miliki, serta kemungkinan memberikan nilai kompetitif terhadap industri yang dimiliki oleh negara lain.
Nah berapa banyak industri sekunder yang telah ada di Jawa Timur? Berapa pula yang sudah memiliki industri turunan? Sampai turunan ke berapa industri sekunder yang ada bisa dikembangkan? Persoalan ini yang harus mulai menjadi fokus kita. Pengembangan industri olahan ke industri olahan turunan akan menjadi prioritas utama.
Jika strategi ini diambil, maka investasi yang didorong untuk tumbuh di Jawa Timur juga harus mulai spesifik. Dalam hal industri olahan, kita tidak bisa sekadar mampu menggaet besaran invetasi. Tapi juga harus dipilih yang mempunyai kaitan dengan industri olahan yang lain. Untuk kepentingan ini, roadmap pengembangan industri hulu hilir perlu dibikin ulang.
Lantas apa keunggulannya jika kiat lebih fokus untuk menciptakan mata rantai turunan industri pengolahan? Jelas, selain memberikan nilai lebih secara berjenjang juga menciptakan lapangan kerja baru. Lebih dari itu, akan memberikan nilai kompetitif karena ketersediaan bahan baku secara terjamin.
Selebihnya adalah mengembangkan industri primer agro makanan, minuman, kimia dan ibat tradisional. Pengembangan industri primer agro ini lebih ditujukan untuk membangun mata rantai produksi sektor pertanian yang juga menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jatim. Pengembangan industri ini untuk memberikan nilai lebih dari produksi pertanian Jawa Timur.
Dengan demikian, ke depan kita bisa membayangkan Jawa Timur menjadi pusat indistri pengolahan sumber daya alam dan pertanian dengan segala turunannya. Target ini bukan sesuatu yang utopia karena dukungan infrsrtuktur pendukungnya telah terpenuhi. Misalnya, ketersediaan listrik dan gas, infrastruktur transportasi dan perhubungan, serta tenaga kerja yang terampil serta beretos kerja tinggi. *)
Advertisement