Menggendong Nisan Gus Dur di Pesawat, Ini Bukan Humor Lho!
Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dulu hanya ditandai dengan 2 patok putih yang terbuat dari semen berukuran 40 cm dengan lebar 15 cm dan tebal 15 cm. Ketika acara penggantian nisan, Nyai Sinta Nuriyah berpesan pada Priyo Sambadha untuk membawa pulang batu nisan yang lama.
Keesokan paginya, beliau kebingungan bagaimana cara membawa batu nisan Gus Dur Ke Jakarta. Beliau tidak tega kalau nisan Gus Dur dimasukkan ke bagasi pesawat. Takut kualat kebih tepatnya.
Akhirnya diputuskan nisan Gus Dur digendong saja dibawa menuju kabin pesawat dengan segala resikonya. Batu nisan kemudian dibungkus dengan beberapa lapis koran lalu di luarnya dibungkus dengan kain putih.
Lewat gerbang pertama Bandara Juanda, batu nisan lolos pemeriksaan xray. “Ternyata Gus Dur memang sakti” kata beliau dalam hati. Dengan percaya diri mencoba masuk pemeriksaan kedua.
Dialog di Pesawat
“Pak, ini apa pak?” Tanya petugas bandara.
“Ya, kenapa mas?“ Jawab Priyo Sambadha pura-pura tenang.
Setelah beberapa kali ditanya petugas, akhirnya beliau menjawab, “batu nisan, Mas”
“Batu nisan makam?”
“Benar” jawab beliau
Lalu nisan Gus Dur diperiksa oleh petugas. Dibuka kain putihnya, lalu dirobek lapisan koran sehingga terlihat batu nisan berwarna putih tersebut. Mereka melihat dengan teliti dan beberapa bagian diserut dengan pisau lipat.
Petugas bertanya, “Kenapa tidak dimasukkan ke bagasi saja, Pak?”
“Saya tidak berani. Takut pecah”
“Kan bisa dipacking yang rapi pak”
“Saya juga takut kuwalat”
“Hehehe, memang ini nisan makam siapa pak?”
Dengan bimbang, beliau akhirnya menjawab, “Itu nisan makamnya Gus Dur”
“Hah!! Makam Gus Dur?!” Wajah para petugas tersebut seketika berubah dan telapak tangan yang tadinya iseng diusap-usap sambil berbicara langsung diangkat tinggi. Mirip orang yang tidak sengaja memegang setrika panas.
Setelah kejadian ini, Priyo Sambadha bisa tenang melanjutkan perjalanan sambil senyum-senyum menuju kabin pesawat.
Sumber:
utas twitter @/psambadha, via: jaringangusdurian! @priyosambadhawirowijoyo
Advertisement