'Menggapai Surga' Adalah Novel Beneran
Surabaya: Wartawan senior Surabaya Yuleng Ben Tallar hari Kamis (20/7) siang meluncurkan novelnya yang kelima, Menggapai Surga. Acara berlangsung di restoran Green House, Hotel Garden Palace Surabaya dalam format diskusi.
Lebih dari 50 orang hadir mengikuti acara ini, sebagian besar wartawan. Maklum, yang tampil di depan untuk membedah novel Yuleng adalah tokoh wartawan masing-masing Dahlan Iskan (bos Jawa Pos Grup), Aqua Dwipayana (mantan wartawan JP yang sekarang jadi motivator nasional) serta Toto Sonata, wartawan dan sastrawan. Sebagai moderator adalah Amang Mawardi.
Novel itu bercerita tentang dua tokoh yaitu Marce Marconna dan Abdul Qaiidir. Hubungan keduanya sangat unik, saling membuntuti, mulai dari Surabaya, Kuala Lumpur, Mekkah hingga Madinah di Arab Saudi. Nah dalam perjalanan itulah dialog dan konflik-konflik dibangun, dengan suka dan duka.
Bahkan menurut Toto Sonata, dirinya sampai menitikkan air mata ketika bacaannya sampai pada bagian tertentu. “Saya menyebut Menggapai Surga adalah novel religi dan dakwah, bukan berarti menggurui kecuali penulisnya sangat berharap tokoh-tokohnya memperoleh kebajikan dan masuk surga,” katanya.
Aqua Dwipayana hadir sebagai pembahasa karena dialah yang menurut Yuleng terus mendorong untuk terbitnya Menggapai Surga. Aqua sendiri juga sudah menulis 12 buku dan semuanya mencapai best seller, terutama The Power of Silaturahim.
“Banyak nilai bisa diperoleh dalam novel Yuleng, bukan cuma nilai agama seperti waktu Umroh, tapi juga ketika sang tokoh berurusan dengan petugas imigrasi. Novel ini sangat Islami. Dua hal yang saya catat dari Menggapai Surga ini yaitu mensyukuri apa yang kita peroleh, dan satunya selalu ikhlas,” kata Aqua.
Sementara Dahlan Iskan menyebut dirinya memiliki target setiap bulan membaca satu novel. Jadi bukan cuma buku umum, tapi juga novel. Saya selalu berpesan pada wartawan-wartawan muda, untuk menjadi penulis yang baik, bacalah novel.
“Ketika membaca Menggapai Surga saya tadinya tidak menyadari bahwa ini sebuah novel. Saya kira ini catatan jurnalistik seorang wartawan. Terus terang, ketika membaca sepertiga bagian pertama, saya sudah putus asa. Tetapi tetap saya lanjutkan membaca, dan kemudian setelah sepertiga bagian pertama itu saya menemukan seuatu yang penting, yang menyadarkan bahwa saya ternyata membaca novel,” kata Dahlan.
“Karena itu pesan saya kepada pembaca, jangan putus asa membaca novel ini. Selesaikan, Anda akan menemukan banyak hal yang menarik. Saya mencatat sedikitnya ada enam atau tujuh surprise dalam buku ini. Kesimpulan saya, Yuleng adalah seorang novelis. Imaginasinya kuat, dia jagoan. Itulah yang membuat saya akhirnya mengakui bahwa Menggapai Surga adalah novel beneran, bukan catatan perjalanan serorang wartawan,” jelasnya.
Acara bedah buku Menggapai Surga berlangsung sederhana tetapi berkelas. Hadir beberapa tokoh wartawan seangkatan Yuleng, antara lain Ali Salim, Hadiaman Santoso, Yamin Ahmad, Yousri Raja Agam, Herman Rivai, Djoko Pitono, Jil Kalaran, Arifin BH dan beberapa yang lain.
Yuleng Ben Tallar, nama aslinya Syahrul Bakhtiar (64), adalah lahir keluarga seniman merangkap wartawan. Ayahnya, almarhum Wiwiek Hidajat adalah pelukis sekaligus pernah manjadi kepala perwakilan LKBN Antara. Istrinya, Lembah Setyowati Bakhtiar juga pelukis sekaligus anggota DPRD Kota Surabaya.
Karier kewartawanan Yuleng dimulai menjadi wartawan Majalah Aktuil tahun 1972, kemudian LKBN Antara dan terakhir harian Surabaya Post. Sesekali dia juga melukis.
Sebelum Menggapai Surga terbit, dia telah menghasilkan empat novel yaitu Ngaruawahia (2010), Gadis Tiyingtali (2012), Cinta Retro (2013) dan The Newsroom (2014). Yuleng Ben Tallar juga menulis beberapa biografi. (nis)
Advertisement