Menggantungkan Cita-Cita pada Allah SWT Semata, Ini Kisah Takjub
Alkisah. Di Bani Israil terdapat dua orang bersaudara, yang satu mukmin dan yang satu lagi kafir. Dua-duanya bekerja sebagai nelayan. Yang kafir menyembah berhala terlebih dahulu, kemudian melemparkan jangkarnya ke laut hingga jangkar itu dipenuhi ikan. Sampai-sampai, terasa berat baginya untuk mengangkatnya.
Sementara itu, si mukmin melemparkan jangkarnya ke laut. Namun, setelah menunggu beberapa waktu, hanya seekor ikan saja yang masuk tertangkap oleh jangkarnya. Namun, ikan tangkapannya itu memuji Allah Swt., bersyukur kepada-Nya, dan sabar atas ketentuan dan kepastian-Nya.
Suatu hari, istri si Muslim naik ke atap rumah. Dari sana, ia melihat istri tetangganya yang kafir berpakaian indah dan penuh perhiasan, Saat itulah, setan datang membisikkan kata-kata dengki kepada istri si kafir.
“Katakan kepada suamimu, agar menyembah Tuhan suamiku sehingga engkau bisa seperti aku ini, mempunyai harta banyak!” bisik setan.
Dengan perasaan tidak menentu dan susah, istri si Muslim turun dari rumah masuk ke dalam kamar dengan segera. Beberapa saat kemudian, si suami datang menemui istrinya, yang diketahui mengalami perubahan sikap.
“Apa yang terjadi gerangan, istriku?” tanya si suami dengan lembut.
“Ceraikan aku atau engkau menyembah Tuhan tetangga kita!" bentak istrinya.
Takut hanya pada Allah SWT
“Wahai hamba Allah Swt., tidakkah engkau takut kepada-Nya? Apakah engkau akan kafir setelah beriman?” tanya sang suami.
“Tidak usah banyak omong! Aku bukanlah perempuan telanjang, padahal perempuan selain aku berhias dan berpakaian mewah,” kata si istri emosi.
Melihat keseriusan istrinya dalam pengaduan itu, si suami berkata, “Ya, sudah! Jangan mengeluh begitu. Besok, insya Allah, aku akan pergi mencari pekerjaan untuk memperoleh penghasilan, dan setiap hari aku akan memberikan dua dirham kepadamu yang dapat engkau gunakan untuk keperluan-keperluanmu. Aku rela melakukan itu.”
Keesokan harinya, masih pagi sekali, si suami pergi meninggalkan rumah, entah ke mana, untuk mencari pekerjaan. Di suatu tempat, yang diketahui ada pekerjaan di sana, ia duduk dan menyapa mereka, sekaligus menawarkan diri agar dipekerjakan. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang mengambilnya sebagai pekerja. Demikian, dari satu tempat ke tempat lain, ia mencari pekerjaan, tetapi selalu saja ada penolakan.
Bosan dengan perlakuan ini, suami yang mukmin itu pergi ke pantai, menyembah Allah Swt. sampai malam. Setelah itu, ia kembali ke rumah. Dalam kondisi letih, ia disambut pahit istrinya.
“Ke mana engkau pergi?” tanya sang istri.
“Aku di samping raja. Ia berjanji akan memberikan pekerjaan kepadaku, memberikan syarat untuk menunggu tiga hari lagi.”
“Berapa upah yang akan engkau terima?”
“Sang raja amat mulia, hartanya melimpah. Hanya saja, aku akan memperoleh upah setelah aku bekerja selama tiga puluh satu hari terlebih dahulu. Ia akan memberikan apa saja yang aku minta.”
Keterangan suaminya itu mampu meyakinkan si istri.
Setiap hari, ia pergi ke pantai untuk menyembah Allah Swt. Hingga, malam ke tiga puluh hari pun datang. Si istri datang menemui suami sambil berkata, “Apabila besok engkau tidak memberikan uang kepadaku, ceraikan saja aku!”
Si suami keluar dengan perasaan kacau dan takut atas perlakuan istrinya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang
Mencerahkan sang istri
Yahudi. Suami itu menanyai orang Yahud, “Maukah engkau memperkerjakanku?”
“Ya,” jawab si Yahudi.
Setelah berbincang-bincang, si Yahudi mengatakan bahwa pekerjaan yang diberikannya adalah dengan syarat tidak makan dan minum sama sekali pada hari itu. Ia menurutinya dengan berpuasa. Kemudian, Allah Swt. memerintahkan Jibril memberikan dua puluh sembilan dinar kepada istri si laki-laki yang malang itu, ditaruh dalam sebuah tempayan terbuat dari cahaya.
“Pergilah, dengan membawa dinar ini kepada istri si mukmin! Sampaikan kepadanya bahwa engkau adalah utusan raja. Jelaskan juga bahwa suaminya telah bekerja kepadaku. Aku tidak akan meninggalkannya sampai dia meninggalkan aku. Sekarang, ia bersama seorang Yahudi. Dinar yang sedikit ini adalah karena alasan itu. Seandainya dia menambah bekerja kepadaku, niscaya aku akan menambahnya.”
Masih belum begitu percaya dengan peristiwa yang baru saja dialaminya, tiba-tiba, tamu asing tersebut pergi. Ia mengambil satu dinar dan dibawanya uang tersebut ke pasar. Tanpa disangka, orang-orang berdatangan kepadanya memberikan uang seribu dirham. Hal ini karena dalam dinar itu tertulis laa ilaaha illa allaahu wahdahu la syariika lahu.
Ketika si suami datang di rumah, istrinya berkata “Dari mana saja engkau, wahai laki-laki?”
“Aku baru bekerja dengan seorang Yahudi.”
“Wahai si miskin, bagaimana mungkin engkau meninggalkan pekerjaan bersama raja, dan mengambil pekerjaan yang lain!”
Kemudian, si istri menceritakan kisahnya. Si suami menangis hingga pingsan. Ketika sadar, ia berkata kepada istrinya, “Aku akan mengabdi kepada raja dan selalu mengabdi dengan sungguh-sungguh.”
Setelah itu, suami yang malang menceraikan istrinya, dan pergi ke bukit gunung untuk menyembah kepada Allah Swt. sampai mati.
Demikianlah dikisahkan dalam Kitab An-Nawadir.
Semoga rahmat Allah Swt. terlimpah kepad kita semua.Amin.
Advertisement