Menggalang Kekuatan Takwa, Tausiyah Imam Besar Masjid Istiqlal
Orang-orang yang mendirikan shalat termasuk orang yang bertakwa. Demikian itulah yang menegakkan Islam, menegakkan agama yang dianutnya.
Berikut Prof Dr KH Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, menguraikan kekuatan takwa bagi orang-orang beriman.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS at-Thalaq, [65: 2-3]).
Luar biasa ayat ini menggaransi mereka yang termasuk kategori orang-orang bertakwa (muttaqun). Tafsir tematik menghimpun sejumlah ayat dalam Al-Quran yang berbicara tentang takwa.
Setelah dianalisis maka disimpulkan, orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, membelanjakan sebagian hartanya kepada fakir miskin, baik dalam keadaan longgar maupun sempit, mampu mengendalikan diri, dan memberi maaf kepada orang lain.
Sebagian ulama menjelaskan, kata takwa singkatan dari taubah, qana'ah, wara', dan amanah. Taubah ialah mereka yang kembali ke jalan yang benar setelah menyadari kekeliruannya. Qana'ah ialah mereka yang merasa cukup terhadap apa yang Allah berikan kepadanya.
Wara' ialah mereka yang memproteksi diri terhadap segala sumber dosa dan maksiat. Amanah ialah orang yang bertanggung jawab terhadap plihan keputusannya, dalam arti tidak mengecewakan orang dan Tuhannya.
Jadi, orang yang bertakwa ialah orang yang memiliki keempat sifat tersebut. Dalam dunia tasawuf dijelaskan, takwa sebagai kombinasi antara takut, segan, dan cinta. Bagaikan seorang anak kecil terhadap orang tuanya.
Ia pasti segan, takut, dan sekaligus cinta terhadap orang tuanya. Bertakwa kepada Tuhan bukan berarti hanya segan dan takut tetapi juga cinta dan rindu terhadap Tuhannya. Para sufi menyadari, Tuhan bukan Sosok Yang Maha Mengerikan tetapi Sosok Yang Maha Pencinta. Tuhan lebih tepat untuk dicintai ketimbang ditakuti.
Jadi, Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan Al-Quran lebih menonjolkan nilai-nilai kelembutan daripada nilai-nilai kekerasan. Siapa yang termasuk bertakwa, di dalam Al-Quran dijelaskan di dalam beberapa ayat.
Orang-orang yang bertaqwa, “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran ) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS al-Baqarah [2: 3-4]).
Demikian pula dalam ayat lain ditambahkan, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali 'Imran [3: 134]).
Ayat-ayat tersebut di atas cukup jelas memberikan informasi kriteria orang-orang yang bertakwa. Salah satu kiat untuk memperoleh ketakwaan itu ialah membiasakan diri untuk disiplin hidup dengan aturan-aturan syariah, khususnya berpuasa dalam bulan suci Ramadhan sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran (QS al-Baqarah [2: 183]).
Advertisement