Mengetahui Sang Adik Katolik, Hadji Agus Salim: Alhamdulillah!
Dalam hal agama, Hadji Agus Salim lebih menyukai diskusi dibandingkan dengan dakwah yang bersifat menggurui. Pa'Atje, panggilan akrabnya, dikenal sebagai pribadi yang luwes. Agus Salim suka membuat diskusi dan menghindari membuat perintah.
"Ia membuka peluang orang menemukan jawabannya sendiri", kata Agustanzil Sjahroezah, cucunya.
Suatu saat, Agus Salim meyakini datangnya 1 Syawal, penanda Idul Fitri, jatuh sehari setelah hari Idul Fitri yang diyakini banyak kaum Muslim. Karena itu, Salim tetap menjalankan puasa ramadhan terakhirnya. Namun, pada hari itu datang tamu dari Condet, Jakarta Timur yang merayakan Lebaran. Salim menerima dan menjamu tamunya. "Ia membatalkan puasa dan ikut makan bersama tamunya" cerita Agustanzil.
Hari berikutnya, Salim menjalankan salat Ied. Esoknya ia berpuasa lagi untuk membayar utang puasa terakhirnya. Bagi Salim ini adalah kondisi yang tidak sulit dan silaturahmi adalah hal yang penting juga.
Sebagai tokoh Muslim dan bergelar haji, Salim pernah diolok-olok karena Chalid Salim, adiknya yang seorang Digulis dan tinggal di Belanda, seorang Ateis dan kemudian memeluk agama Katolik. Salim dinilai gagal karena tidak bisa mengajak sang adik memeluk Islam. Terhadap celotehan itu, dengan enteng Salim menganggapi "Alhamdulillah. Saya sekarang jauh lebih dekat dengan Chalid Salim karena dia Katolik. Artinya dia punya Tuhan. Kalau dulu kan dia ateis".
Sumber:
1. Buku "Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik".
Advertisement