Mengendalikan Marah, Begini Janji Allah Ta'ala
Di mana-mana orang tampak suka marah, karena persoalan kelompok atau golongannya. Bahkan, mungkin kepentingan dirinya sendiri. Marah-marah menjadi watak sejumlah juru dakwah dalam menyampaikan pesan Islam.
Benarkah realita seperti itu? Lalu bagaimana sesungguhnya seorang mukmin bertindak dan bersikap?
KH Husein Muhammad memberikan pemahaman betapa mengendalikan diri, merupakan sikap yang indah. Berikut penjelasannya.
Di hadapan santri , pada suatu hari, aku menyampaikan sebuah hadits dari sahabat Anas, menurut Imam Suyuthi dalam karyanya "al-Durr al-Mantsur", bahwa ketika Mi'raj, Nabi mengatakan :
رَأَيْتُ قُصُورًا مُشْرِفَةً عَلَى الْجَنَّةِ . فَقُلْتُ لِجِبْرِيل : لِمَن هَذِه ؟ قَالَ : ِللْكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ والله يحب المحسنين.
"Jibril, tadi aku melihat istana megah di taman surgawi. Untuk siapakah gerangan tempat itu?”, tanya Nabi. Jibril menjawab: "Ia disiapkan untuk orang yang berhasil mengendalikan marah dan yang suka memaafkan. Allah senang kepada orang- orang yang berbuat baik".
Lalu seorang penyair berdendang.
PUISI
Lihatlah
Buku-buku dan kaligrafi yang indah
Bercerita tentang pesanggrahan
Perempuan-perempuan Islam yang gagah
Baghdad
adalah rumah perempuan-perempuan cerdas
Padepokan perempuan-perempuan elok
Yang mengaji huruf dan menulis sastra
Damaskus
adalah sang ibu bagi gadis-gadis cendekia
Dan tempat pertemuan sejuta perempuan bijakbestari.
Taman-taman Andalusia merekah bunga warna-warni
Yang menebarkan wangi
Perempuan-perempuan nan piawai
bernyanyi riang
Dan gadis-gadis anggun
membaca puisi
(Ahmad Syauqi)
Advertisement