Mengenang Sosok Rudy Keltjes dan Kedisiplinan Sang Legenda Sepak Bola Indonesia
Suasana sedih masih menyelimuti dunia sepak bola nasional seiring kepergian legenda sepak bola Indonesia, Rudy William Keltjes untuk selamanya, Rabu, 23 Oktober 2024.
Rasa duka itu begitu terasa saat rekan sejawat datang menyaksikan jasad Rudy Keltjes yang disemayamkan di Gedung Persemayaman Adi Jasa, Surabaya.
Dari pantauan Ngopibareng.id di lokasi, tampak ada Maura Helly, M Zein Alhadad, Widodo C Putro, Lulut Kistono, Freddy Muli, M. Basri, pelatih Rudy Keltjes saat bermain untuk Persebaya dan NIAC Mitra dan banyak lagi mantan pemain yang datang untuk melihat terakhir kalinya pria yang akrab disapa Opa ini.
Di pertemuan itu, mereka pun saling menceritakan momen-momen penting bersama Rudy. Maklum, kepergian Rudy meninggalkan banyak kisah. termasuk bagi Basri yang begitu menyayangi Rudy layaknya seorang anak sendiri.
Basri menuturkan, ia sengaja memboyong Rudy dari Situbondo untuk membela Persebaya tahun 1977 lantaran posturnya yang menjulang dan cara bermain bolanya yang sangat baik. Kehadiran Rudy pun langsang memberikan dampak nyata setelah Persebaya berhasil meraih gelar untuk Persebaya.
"Dia orang yang paling disiplin, kemudian dari semua yang ia miliki, teknik bolanya bagus. Dia juga kritis, kalau dia gak suka cara saya melatih, dia ngomong. Jadi dia sudah saya anggap sebagai anak, bahkan kadang sebagai asisten saya," ungkap Basri.
Tak hanya itu, Basri mengaku, bahwa Rudy juga senang berbagi ilmu dengan rekan setim maupun juniornya saat masih bermain. Hal tersebut kemudian membuat kemampuan pemain lain meningkat.
"Memang dedikasinya untuk sepak bola luar biasa, kalau sudah di lapangan, dia selalu total mengeluarkan segala kemampuannya. Ketika saya beri instruksi sedikit, dia bisa menjalankan dengan sangat baik," kata pelatih berdarah Makassar itu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Maura Helly, rekan setimnya di Yanita Utama. Sebagai junior, Helly mengakui kedisiplinan yang ditunjukkan Rudy Keltjes.
"Saya salut dengan disiplinnya, kalau latihan atau mau bertanding, pukul 13.30 WIB itu sudah siap, lengkap dengan seragamnya. Padahal latihan atau tanding baru mulai 15.30 WIB. Kemudian ketika di lapangan, dia harus pakai sepatu, tidak mau pakai sandal," aku Helly.
Almarhum, lanjut Helly, juga sangat baik di dalam maupun luar lapangan. Tanpa memandang status, semua dianggap sebagai kawan dan akan memberi nasihat baik.
"Kita kehilangan sosok yang disiplin. Dan dia orang yang senang berbagi ilmu. Dia orang hebat, legenda kita," pujinya.