Mengenang Malapetaka 15 Januari 51 Tahun Silam
Tepat 51 tahun silam, Indonesia diguncang oleh sebuah insiden yang tercatat dalam sejarah sebagai Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari). Peristiwa ini dipicu oleh penolakan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia yang membuka keran kerja sama ekonomi dengan Jepang.
Keputusan tersebut dianggap memeras ekonomi nasional dan melemahkan pelaku usaha lokal. Hingga kemudian memunculkan reaksi, berupa aksi demonstrasi mahasiswa di Jakarta pada tanggal 15 dan 16 Januari 1974 silam.
Dikutip dari tempo.co, pada Januari 1974, Presiden ke-2 RI, Soeharto mengundang Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia untuk memperkuat hubungan ekonomi kedua negara. Namun, kedatangan Tanaka memicu protes besar-besaran dari mahasiswa yang kecewa terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berkumpul untuk merencanakan aksi unjuk rasa pada 15 Januari 1974, dengan titik kumpul di Universitas Trisakti. Sayangnya, aksi damai berubah menjadi kerusuhan massal yang menelan belasan korban jiwa, ratusan terluka, dan menyebabkan kerugian materi yang besar.
Sebagai respons atas kerusuhan ini, pemerintah menangkap lebih dari 700 orang, termasuk mahasiswa dan aktivis, menggunakan Undang-Undang Antisubversi. Peristiwa ini juga menjadi catatan kelam dalam perjalanan demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia.
Peristiwa Malari menjadi pengingat bahwa aspirasi masyarakat harus diakomodasi melalui dialog yang konstruktif, bukan dengan tindakan represif. Malari juga mengajarkan pentingnya menjaga kedaulatan ekonomi dan politik bangsa dari pengaruh asing yang merugikan.
Tuntutan Mahasiswa
Demonstrasi tersebut mengusung tiga tuntutan utama:
Pembubaran Asisten Pribadi Presiden.
Penurunan harga barang kebutuhan pokok.
Pemberantasan korupsi.
Namun, aksi ini menjadi simbol penolakan terhadap dominasi ekonomi asing, khususnya Jepang, yang dianggap merugikan ekonomi Indonesia.
Tokoh-Tokoh di Balik Peristiwa Malari
Ketua Dewan Mahasiswa UI yang menjadi pemimpin gerakan, Hariman Siregar.
Theo Sambuaga dan Bambang Sulistomo: Koordinator aksi mahasiswa.
Judilherry Justam, Sjahir, Mochtar Lubis, Yap Thiam Hien, dan Adnan Buyung Nasution: Aktivis yang ikut menyuarakan perubahan.