Mengenang Mus Mulyadi hingga Idap Kebutaan karena Diabetes
Musisi Mus Mulyadi tutup usia, Kamis 12 April 2019 pagi. Pria 73 tahun ini menderita diabetes selama bertahun-tahun. Penyakit gula darah itu bahkan membuat pengelihatannya kian menurun, hingga mengalami kebutaan. Mus Mulyadi menjalani pengobatan di sebuah rumah sakit di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, pada awal 2010 silam.
Mengutip situs kesehatan WebMD, diabetes menjadi penyebab utama kebutaan pada orang dewasa berusia 20-74 tahun. Tingginya gula darah dapat menyebabkan masalah pada mata seperti penglihatan kabur, katarak, glaukoma, dan yang paling sulit diobati, retinopati.
Mus Mulyadi lahir di Surabaya, 14 Agustus 1945 dari pasangan Ali Sukarni dan Musimah. Ia dan sang adik, Mus Mujiono menekuni dunia musik. Mus Mulyadi mengawali karirnya di dunia musik dengan menjadi pelatih band Irama Puspita yang kemudian berubah nama menjadi Dara Puspita.
Kemudian, pada 1964, ia mendirikan sebuah grup band bernama Arista Birawa. Bersama Arista Birawa, Mus Mulyadi berhasil menelurkan satu album yang diproduksi PT Demita Record pada 1965.
Dalam perjalanan karirnya, Mus Mulyadi pernah kena tipu saat menghadiri undangan di Singapura. Mus Mulyadi terpaksa mengamen demi menyambung hidup di Singapura dan mencari ongkos pulang.
Di Singapura jugalah lahir beberapa lagu yang salah satunya dibeli label Singapura Sedetik Dibelai Kasih dan Jumpa dan Bahagia. Hingga akhirnya berhasil pulang ke Indonesia dari hasil lagu tersebut.
Pada 1971, pencipta lagu A. Riyanto mengajak Mus tergabung di Empat Nada Band yang kemudian hari berganti nama menjadi Favourite Band yang mengusung aliran musik pop.
Bersama Empat Nada Band, Mus Mulyadi berhasil mencetak lagu-lagu pop yang menjadi hit, seperti Cari Kawan Lain, Angin Malam, Seuntai Bunga Tanda Cinta, dan Nada Indah.
Album tersebut ternyata mendulang sukses besar di pasaran dan membawa berkah tersendiri khususnya bagi Mus Mulyadi, sang vokalis yang kemudian dibuatkan lagu berbahasa Jawa oleh Is Haryanto berjudul Rek Ayo Rek. Lagu ini juga mendapat sambutan hangat dari pencinta musik Indonesia.
Mus kemudian mencoba memberikan sedikit sentuhan keroncong pada lagunya dan disukai masyarakat. Sebut saja lagu Kota Solo, Dinda Bestari, Dewi Murni, Telomoyo dan Jembatan Merah yang sangat populer di masanya. Sedikitnya, 80 album keroncong dan belasan album rohani telah ditelurkannya.
Selain sibuk berkarir sebagai musisi, suami penyanyi Helen Sparingga ini juga pernah merambah dunia seni peran dengan membintangi film Putri Solo. Film produksi PT Agasam Film itu dirilis pada 1974. Film tersebut disutradarai Fred Young.
Karir Mus Mulyadi kemudian perlahan meredup saat ia divonis menderita diabetes melitus pada 1984. Penglihatannya pun mulai menurun efek dari sakitnya hingga tak lagi bisa melihat.
Mus Mulyadi telah menghembuskan nafas terakhir pada hari ini di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. (yas)