Mengenal Prosedur Transplantasi Organ Ginjal pada Manusia
Sejumlah ilmuwan berhasil memodifikasi ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik untuk manusia. Organ tersebut berhasil bekerja menyaring limbah dari tubuh manusia. Dikutip dari Live Science, uji coba ini dilakukan pada seorang pasien yang telah meninggal. Selama 54 jam percobaan, ginjal tetap berada di luar tubuh pasien di mana ahli bedah bisa mengamatu organ dan mengambil sampel jaringan.
Para ahli menyebutkan jika biasanya transplantasi organ hewan ke manusia berkembang saat terjadi interaksi antara darah manusia dengan hewan, seperti pembuluh darah. Namun, organ yang cocok adalah babi, dibanding hewan lainnya termasuk primata.
Sayangnya, penemuan tersebut mendapat protes dari Organisasi Hak Asasi Hewan (PETA) yang berpusat di Amerika Serikat. PETA menilai tindakan tersebut sangat menyesatkan dan berbahaya.
"Manusia tidak berhak mencuri organ makhluk hidup lain untuk keuntungan kita sendiri. Kami juga tidak perlu," tulis PETA dalam laporan terbarunya.
Menurut PETA, babi bukanlah 'suku cadang' yang organnya dapat digunakan secara bebas untuk transplantasi ke manusia. Pihaknya menganggap manusia terlalu egois karena tidak mau menyumbangkan organnya kepada pasien yang membutuhkan transplantasi.
Sebagai informasi, transplantasi ginjal adalah operasi bedah yang dilakukan untuk meletakkan ginjal sehat dari donor yang masih hidup atau sudah meninggal pada pasien penyakit ginjal. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien gagal ginjal stadium akhir.
Operasi untuk gagal ginjal ini dianggap sebagai pengobatan terbaik untuk pasien yang memiliki ginjal yang sudah tidak berfungsi. Pasalnya, metode ini dapat meningkatkan peluang hidup lebih lama dan lebih sehat.
Prosedur pembedahan ini mungkin dapat dilakukan sebelum atau saat menjalani dialisis (cuci darah). Perlu diingat bahwa operasi yang juga disebut cangkok ginjal ini bukan obat yang menyembuhkan penyakit gagal ginjal.
Prosedur Transpalasi Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang sangat penting bagi tubuh yang berfungsi untuk menyaring dan membuang zat sisa, cairan, mineral, dan racun yang ada di dalam tubuh melalui urine. Ketika fungsi ginjal menurun, seperti pada gagal ginjal, maka zat yang seharusnya dibuang akan menumpuk di dalam tubuh, dan menyebabkan gangguan kesehatan. Itulah mengapa seseorang yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik perlu mendapatkan terapi yang dapat menggantikan fungsi ginjal.
Pada tahap awal penyakit gagal ginjal, fungsi ginjal mungkin masih bisa dibantu dengan cara mencuci darah dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) atau cuci darah lewat perut. Namun, jika fungsi ginjal sudah sangat menurun, cuci darah maupun CAPD tidak dapat menanggung semua kerja ginjal.
Jadi, untuk menangani ginjal kronis akan dipilih transplantasi ginjal untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Keberhasilan transplantasi ginjal bergantung pada kondisi kesehatan sebelum operasi dan bagaimana seseorang tersebut menjaga kesehatan ginjal. Maka dari itu, proses pengobatan transpalasi terbilang cukup lama karena banyak hal yang perlu diperhatikan.
Jenis Transpalasi Ginjal
Berdasarkan kategori donor, transplantasi ginjal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Living-donor kidney transplant, yaitu transplantasi salah satu ginjal dari donor yang masih hidup
2. Deceased-donor kidney transplant, yaitu transplantasi ginjal dari donor yang baru meninggal dunia, atas izin keluarga atau keinginan donor ketika masih hidup
Sedangkan di Indonesia sendiri, transplantasi ginjal baru dilakukan dari donor yang masih hidup.
Gejala Pasien Transpalasi Ginjal
Prosedur transplantasi ginjal dilakukan pada pasien yang terdiagnosis telah menderita gagal ginjal kronis stadium akhir, ketika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi atau fungsinya sudah sangat menurun dan sudah terjadi penumpukkan racun di dalam tubuh. Berikut tanda-tanda fungsi ginjal buruk:
1. Penumpukan cairan di dalam tubuh, seperti di lengan, tungkai, dan paru-paru, yang mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh, sesak napas, dan produksi urine menurun
2. Mual dan muntah
3. Nafsu makan menurun
4. Kulit pucat dan kering
5. Gatal-gatal
6. Mudah merasa lelah
7. Mudah memar
8. Nyeri otot, sendi, atau tulang
9. Linglung hingga penurunan kesadaran
Risiko Terjadinya Gagal Ginjal
Adapun beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gagal ginjal kronis sehingga harus dilakukan tindakan transpalasi, di antaranya:
1. Diabetes tipe 1 atau tipe 2
2. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
3. Glomerulonefritis
4. Lupus
5. Sindrom hemolitik uremik
6. Anemia sel sabit
7. Penyakit asam urat
8. Rheumatoid arthritis
9. Beberapa jenis kanker, seperti limfoma, multiple myeloma, dan renal cell carcinoma
10. Infeksi HIV
11. Gangguan pada aliran urine, misalnya akibat batu saluran kemih
12. Penyakit ginjal polikistik
Peringatan Prosedur Transpalasi Ginjal
Proses transpalasi ginjal tidak sembarang dilakukan kepada seseorang karena ada beberapa kategori pasien yang umumnya tidak diperbolehkan menjalani transpalasi ginjal, di antaranya:
1. Pasien infeksi bakteri atau virus yang tidak tertangani dengan baik, seperti tuberkulosis (TBC) yang menyebar
2. Penderita penyakit kardiovaskular yang parah, seperti gagal jantung
3. Penderita Kanker yang telah menyebar
4. Pasien Hepatitis kronis dan sirosis hati
5. Seseorang yang memiliki gangguan mental berat atau psikosis
Selain itu, kondisi-kondisi yang dapat melemahkan tubuh, seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, atau menyalahgunakan NAPZA, akan meningkatkan risiko kegagalan transplantasi ginjal.
Jadi, pasien dengan kondisi tersebut mungkin tidak didahulukan untuk mendapatkan organ donor. Sedangkan usia pendonor dan penerima juga menjadi salah satu aspek yang diperhatikan, karena dengan bertambahnya usia, risiko komplikasi dan kegagalan transplantasi semakin meningkat.
Prosedur Melakukan Transpalasi Ginjal
Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan ketika akan menjalani prosedur transplantasi ginjal:
1. Pasien akan diminta untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah sakit.
2. Setelah berganti pakaian, pasien akan diminta berbaring di atas tempat tidur dengan posisi telentang.
3. Dokter akan memberikan suntikan anestesi umum (bius total), sehingga pasien tidak akan merasakan apa-apa selama prosedur berlangsung.
4. Dokter akan membuat sayatan di bagian bawah perut.
5. Usai ginjal dari donor diambil, dokter akan memasang ginjal tersebut ke tubuh pasien tanpa mengangkat ginjal pasien yang lama, kecuali jika terdapat infeksi atau keluhan nyeri sebelumnya.
6. Dokter akan menyambung pembuluh darah yang ada pada ginjal baru ke pembuluh darah di perut, agar ginjal baru mendapatkan pasokan darah dan dapat berfungsi dengan normal.
7. Dokter akan menyambungkan saluran kemih (ureter) dari ginjal baru ke kandung kemih. Dokter juga dapat memasang stent (tabung kecil khusus) di ureter baru untuk melancarkan aliran urine selama 6–12 minggu usai transplantasi.
8. ketika ginjal sudah terpasang dengan sempurna, maka dokter akan menutup sayatan di perut dengan jahitan.
Secara keseluruhan, prosedur dilakukannya transplantasi ginjal umumnya memakan waktu lebih kurang 3 jam. Selama operasi, tekanan darah, denyut jantung, dan kadar oksigen dalam darah pasien akan terus dimonitor.
Proses Evaluasi Transpalasi Ginjal
Terdapat beberapa tahapan tes yang harus dilakukan dari pendonor ginjal untuk memastikan apakah ginjal yang didonorkan dapat diterima oleh resipien, yaitu:
1. Tes Golongan Darah
Pemeriksaan golongan darah dilakukan menggunakan sistem A, B, AB dan O. Resipien dan donor harus memiliki golongan darah yang sama atau kompatibel, yaitu:
a. Apabila resipien memiliki Golongan Darah A, maka golongan darah Donor harus A atau O
b. Apabila resipien memiliki Golongan Darah B, maka golongan darah Donor harus B atau O
c. Apabila resipien memiliki Golongan Darah O, maka golongan darah Donor harus O
d. Apabila resipien memiliki Golongan Darah AB, maka golongan darah Donor dapat berasal dari seluruh golongan darah (A,B, AB atau O)
Apabila resipien menerima donor ginjal yang tidak sesuai, maka tubuh penerima akan mengenali ginjal tersebut sebagai benda asing dan merusaknya.
2. Tipe jaringan (Tissue Typing)
Proses pemeriksaan Human Leukocyte Antigen (HLA) dari darah untuk mengenali jenis tipe jaringan baik dari pendonor maupun dari resipien. Antigen sebagai marker dapat ditemui di berbagai sel tubuh yang membedakan tiap-tiap orang secara unik.
Untuk dapat menerima ginjal yang diberikan, maka antara marker resipien dengan marker donor harus memiliki tingkat kesamaan yang tinggi (perfect match). Transplantasi dengan tingkat kesamaan yang tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik selama beberapa tahun ke depan
3. Uji silang (Crossmatch)
Antibodi akan terbentuk pada saat terjadi infeksi, kehamilan, transfusi darah, hingga proses transplantasi. Apabila terdapat antibodi terhadap ginjal donor, maka tubuh resipien akan menghancurkan ginjal tersebut. Oleh sebab itu, uji silang (crossmatch) harus dilakukan untuk memastikan resipien dapat menerima ginjal donor dengan baik.
4. Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi virus HIV, hepatitis, dan cytomegalovirus (CMV) agar dapat diberikan terapi pencegahan yang tepat setelah dilakukan transplantasi.
5. Pemeriksaan Pasien
Pasien yang akan menjalani transplantasi ginjal harus melalui beberapa pemeriksaan dan evaluasi agar dapat menjalani prosedur operasi dengan baik, dan mampu menerima terapi untuk mencegah penolakan ginjal donor pasca transplantasi dilakukan, seperti:
- Pemeriksaan medis umum, yaitu pemeriksaan laboratorium kondisi metabolik umum, koagulasi darah, darah rutin, kolonoskopi, hingga pap smear dan mamografi (pada wanita) serta prostat (pada pria)
- Evaluasi kardiovaskular, yaitu pemeriksaan EKG, ekokardiografi, hingga kateterisasi jantung
- Evaluasi fungsi paru, yaitu pemeriksaan rontgen thoraks hingga spirometri[1,4,5]
Prosedur transplantasi dapat ditunda atau bahkan dihentikan, apabila resipien memiliki beberapa kondisi di bawah ini:
- Gangguan kardiovaskular yang tidak dapat ditangani, dan dapat mengganggu jalannya operasi
- Riwayat kanker dengan metastasis, atau sedang menjalani kemoterapi
- Infeksi sistemik akut yang tidak dapat diatasi secara efektif
- Gangguan psikiatri yang tidak terkontrol
- Penyalahgunaan zat atau obat-obatan
- Gangguan neurologi dengan kelainan fungsi kognitif, sehingga tidak bisa membuat keputusan selama prosedur dilakukan
- Gangguan organ lain yang cukup serius yang tidak akan mengalami perbaikan setelah transplantasi dilakukan
- Kegagalan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
Komplikasi Transpalasi Ginjal
1. Penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, sehingga ginjal gagal berfungsi
2. Infeksi
3. Penggumpalan darah
4. Perdarahan
5. Saluran urine dari ginjal baru ke kandung kemih bocor atau terhambat
6. Stroke
7. Serangan jantung
- Selain komplikasi dari tindakan prosedur transpalasi ginjal, pasien juga dapat merasakan efek samping dari obat imunosupresan, seperti:
1. Jerawat
2. Kenaikan berat badan
3. Pengeroposan tulang (osteoporosis)
4. Diabetes
5. Hipertensi
6. Kadar kolesterol darah tinggi
7. Tremor
8. Mudah terkena penyakit infeksi