Mengenal Permainan Tradisional Tionghoa yang Hampir Dilupakan
Kelompok Studi Psikologi Bencana (KSPB) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) menggelar semarak imlek di Gedung PC lantai 3, Kampus II Ubaya Tenggilis secara hybrid.
Kegiatan ini dilakukan dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili yang tepat pada 1 Februari 2022. Perayaan ini diwarnai dengan adanya empat theme table imlek termasuk permainan tradisional Tionghoa yang sudah hampir dilupakan.
Permainan tradisional Tionghoa yang sudah hampir dilupakan itu diantaranya Luzhanqi dan Xianqi. Luzhanqi (陸戰棋) yang juga diterjemahkan sebagai catur peperangan darat adalah permainan board game untuk dua orang.
Dalam permainan Luzhanqi, setiap pemain memiliki 25 bidak. Masing-masing bidak memiliki jabatan sendiri-sendiri.
"Jabatan yang dimaksud kalau diterjemahkan serupa di Indonesia seperti Panglima, Jenderal, Mayor Jenderal, Brigadir Jenderal, Kolonel, Mayor, Kapten, Letnan, hingga ranjau dan sebagainya," kata Ketua Festival Kampung Tionghoa, Stefanie Jessica Handoko, yang juga mahasiswa semester 4 Fakultas Psikologi Ubaya.
Jessica menambahkan, permainan ini dibuat semakin kompleks dengan adanya beberapa medan yang ada di papan permainan, seperti Gunung (yang tidak boleh dilewati lebih dari dua jarak) ataupun Tempat Perkemahan (yang berarti bidak dalam posisi tersebut tidak bisa diserang), dan banyak tempat lainnya. Medan-medan ini diberi simbol yang berbeda di papan.
"Permainan ini cukup unik karena oposisi tidak benar-benar mengetahui posisi bidak lawan, karena nature bentuk permainan ini yang sifatnya tertutup," kata Jessica.
Lanjutnya, bidak hanya menghadap pada pemain, sementara para pemain tidak mengetahui nama bidak lawan, sehingga permainan ini setingkat lebih kompleks dibanding dengan catur. Selain harus memikirkan strategi, ia juga harus mengingat jenis bidak lawan pada satu tempat tertentu.
Sementara, Xiangqi atau dikenal dalam bahasa inggris sebagai "Elephant chess" atau catur gajah merupakan permainan etnis Tionghoa yang sudah jarang dimainkan.
Catur ini merepresentasikan pertarungan antara dua pasukan, dengan tujuan utama mengambil bidak Jenderal lawan (setara Raja pada catur).
Bidaknya pun bermacam-macam, ada meriam dengan cara gerak yang bisa menyerang lurus (seperti Benteng pada catur), serta beberapa lainnya.
Nicolas Valentino Fonda, mahasiswa semester 6 Fakultas Psikologi Ubaya yang mencoba permainan ini mengaku, bernostalgia dengan kehadiran board game ini. Board game ini mengingatkan akan kakeknya yang dulu pernah mengajarkan game ini.
"Pernah belajar 10 tahun lalu. Jadi, teringat lagi," kata Fonda, panggilan akrabnya.
Ia mensyukuri kehadiran game pada Festival Kampung Tionghoa 2022 ini. Game-game ini sekaligus mengenalkan kepada anak-anak muda.
Menurutnya, masih banyak game-game yang sangat dikenal di Tionghoa, seperti mahjong. "Game seperti Xianqi ini jarang ditemui selain tempat seperti vihara-vihara," kata Fonda.
Disamping itu, Fonda jarang melihat anak seusianya memainkan permainan ini. Umumnya game ini dimainkan oleh orang-orang tua di Klenteng ataupun Vihara.
Baginya, game ini melatih pengambilan keputusan dan pengambilan risiko. Fonda berharap bahwa banyak anak-anak jaman now yang mempelajari Xianqi.
Menurut Fonda, generasi sekarang masih cenderung bersifat instan, misalnya dalam hal finansial.
"Ingin cepat kaya. Saat memainkan permainan ini saya bisa berpikir dalam jangka waktu panjang, belajar mengetahui why factor dari setiap pemilihan keputusan, dan tidak instan. Poinnya di situ," katanya di akhir kegiatan Festival Kampung Tionghoa 2022.
Advertisement