Mengenal Makam Eyang Kudo Kardono Panglima Perang Majapahit
Mahapatih Gajah Mada merupakan nama besar dari Kerajaan Majapahit yang akrab di telinga masyarakat Indonesia. Namun, tak banyak orang tahu, selain Gajah Mada, ada pula panglima besar dari Kerajaan Majapahit lain. Makamnya bahkan ada di Surabaya. Siapa dia? Dia adalah Kudo Kardono.
Makam eyang Kudo Kardono terletak di Jalan Cempaka 25, Surabaya. Tapi tak banyak orang Surabaya yang mengetahui, kecuali warga sekitar. Juru kunci makam, Sumali mengatakan, Eyang Kudo Kardono merupakan salah satu panglima perang Majapahit selain Gajah Mada. Kudo Kardono terkenal karena berhasil menghadapi pemberontakan Ra Kuti.
Keberhasilannya tersebut, membuatnya dihadiahi tanah perdikan di Sungai Asin yang kini menjadi daerah Kaliasin. Kemudian mengembangkan kawasan bernama Tegal Bobot Sari atau yang kini menjadi Tegalsari. Makamnya pun kini di area Keluharan Tegalsari.
"Ceritanya Eyang Yudo diutus Raja Hayam Wuruk saat pemberontakan Ra Kuti, dan berhasil mengamankan. Lalu dikasih hadiah memegang wilayah di Tegalsari, Kaliasin, Perak. Dikasih hadiah sama Ra Kuti di sini (wilayah yang disebutkan)," kata juru kunci ke-13, makam Eyang Kudo Kardono.
Asal Muasal Nama Kudo Kardono
Pada gapura makam tertulis nama Eyang Kudo Kardono, tapi saat memasuki kawasan dalam nama yang tertulis ialah Yudo Kardono. Menurut Sumali, nama Kudo Kardono merupakan nama pemberian mantan Presiden Indonesia, Soeharto.
"Aslinya namanya Yudo, Kudo itu pemberian Pak Harto. Yudo artinya perang, kalau Kudo artinya kuda sembrani yang sering ia gunakan," kata juru kunci yang sudah berusia 82 tahun ini.
Sumali menceritakan, dulu Presiden Soeharto juga sering mengunjungi makan Eyang Kudo untuk melakukan tirakat. Kedatangan Presiden Soeharto juga diabadikan dalam beberapa foto yang dipajang di dalam area makam.
Makam Eyang Kudo Kardono
Tak sulit untuk mencari makam Eyang Kudo Kardono, karena ada gapura besar bertuliskan "Pesarean Eyang Kudo Kardono". Saat memasuki area makam ada dua makam prajurit Eyang Kudo di halaman depan.
Menurut Sumali, selain makam Eyang Kudo Kardono di dalam pesarean juga ada beberapa makam prajurit dan orang kepercayaannya. Makam Eyang Kudo Kardono sendiri ada di dalam bangunan inti di dalam pesarean.
Saat memasuki bangunan inti tersebut, aroma dupa sangat menyengat menyambut para peziarah. Terdapat lima makam di dalam bangunan inti pesarean. Salah satunya, Eyang Kudo Kardono dan empat makam lainnya adalah orang kepercayaannya.
Sumali mengungkapkan, pesarean Eyang Kudo Kardono sudah menjadi cagar budaya dan sudah diresmikan di era kepemimpinan Tri Rismaharini pada tahun 2014.
"Dulu banyak orang tidak tahu kalau makamnya (Eyang Kudo) ada di sini. Baru banyak yang tau pas setelah dibantu Bu Risma dan dijadikan cagar budaya," imbuhnya.
Banyak Dikunjungi Pejabat
Makam Eyang Kudo Kardono selalu didatangi para peziarah, khususnya Jumat Legi dan Selasa Kliwon. Selain warga sekitar dan orang Surabaya, para pejabat daerah juga sering datang untuk berziarah.
Sumali menceritakan, tak hanya pejabat daerah Jawa Timur saja, pejabat dari Jakarta juga sering datang untuk berziarah. Beberapa pemimpin daerah datang bukan tanpa alasan. Yakni, mencari ketenangan dan petunjuk.
"Banyak juga yang berhasil dalam meminta pangkat pekerjaan. Makanya banyak pejabat datang kesini. Pak Armuji juga pernah kesini, sebelum jadi Wawali dan saat sudah jadi Wawali," ujarnya.
Beberapa pejabat yang diingat Sumali pernah berkunjung ialah Tri Rismaharini, Wagub Jatim, Emil Dardak dan beberapa pejabat daerah lainnya.
"Sering sungkem, kalau ada tugas kerepotan kesini. Warga sekitar kalau mau punya hajatan juga kesini, sudah dari dulu. Beberapa pengusaha juga ada yang ke sini saat usahanya jatuh," ungkapnya.
Meski demikian, Sumali menegaskan, jika Eyang Kudo Kardono hanya perantara. Bila meminta ke Eyang Kudo langsung, maka bisa disebut syirik.
"Tapi semua tetap pada kuasa Tuhan, Eyang Kudo hanya sebagai perantaranya. Kalau orang minta langsung ke Eyang Kudo salah, syirik," tandasnya.