Mengenal Gejala Sindrom Bayi Terguncang yang Membahayakan Otak
Sindrom bayi terguncang atau shaken baby syndrome merupakan cedera otak serius yang disebabkan guncangan keras pada bayi. Sindrom ini sering tak disadari oleh orang tua.
Dokter Asra Al-Fauzi, dokter spesialis Bedah Saraf (Sp.BS) menjelaskan, sindrom bayi terguncang sangat berbahaya untuk otak bayi. Karena saat bayi terguncang dengan keras, otak bayi juga ikut terguncang.
"Guncangan keras pada bayi, baik disengaja atau tidak akan membuat otak bayi mengalami rotasi (rotation injury). Otak yang mengalami rotasi akan mengakibatkan pembuluh darah pecah, pendarahan, hingga kerusakan mata dan tulang belakang," kata dokter Asra.
Sebenarnya, ujar dokter Asra, risiko cedera kepala karena guncangan bisa dialami semua usia. Namun, pada bayi akan lebih berbahaya karena terkadang orang tua yang menyadari itu.
Menurutnya, kasus ini memang jarang terjadi di Indonesia. Melainkan banyak terjadi di luar negeri karena anak diasuh oleh orang atau babysitter yang kurang berpengalaman.
"Di luar negeri banyak kasus seperti itu, karena anak diasuh orang lain atau babysitter. Saat babysitter marah, dia mengguncangkan bayi dengan keras dan bisa berakibat shaken baby syndrome," terangnya.
Dosen FK Unair menambahkan, sindrom bayi terguncang ini dapat terjadi pada balita. Namun, paling banyak menimpa bayi di bawah usia satu tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada bayi berusia 6 sampai 8 minggu, saat bayi paling sering menangis.
"Umumnya orang tua harus berhati-hati terhadap guncangan pada otak anak, paling tidak hingga anak berusia 2 tahun. Karena bayi memiliki otak yang lembut dan otot leher yang masih lemah," imbuhnya.
Gejala Shaken Baby Syndrome
Dokter Asra menyampaikan, gejala tergantung dari usia anak saat mengalami guncangan. Selain itu, seberapa parah guncangan juga akan mempengaruhi keluhan.
Untuk cedera ringan, gejala yang sering terjadi antara lain, anak menjadi rewel, kesal, atau lamban, muntah-muntah dan tidak lapar.
Sementara untuk cedera berat, gejala yang dialami ialah kejang-kejang, detak jantung lambat, sulit mendengar dan pendarahan di dalam salah satu atau kedua mata.