Mengenal Gejala dan Penyebab Gangguan OCD
Aktor Aliando Syarief mengidap Obsessive Compulsive Disorder (OCD) ekstrem. Kondisi ini membuat bintang sinetron Ganteng Ganteng Serigala itu vakum dari dunia hiburan. Selama dua tahun ia berjuang untuk sembuh. Bahkan, beberapa proyek syuting terpaksa dibatalkan karena kondisinya yang tak memungkinkan untuk berinteraksi dengan lawan main. Karya terakhirnya adalah peran Dono di film Warkop DKI Reborn (2019).
Selain Aliando, ternyata ada sederet artis yang mengidap OCD, seperti Prilly Latuconsina, Rina Nose, Zaskia Adya Mecca, Sandra Dewi, musisi Ari Lasso hingga Rizky Kinos, suami Nycta Gina (Jenk Kelin). Gangguan OCD merupakan kondisi ketika penderitanya memiliki pikiran dan dorongan yang tidak dapat dikendalikan (obsesi) untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsi).
Berikut ini pengertian soal OCD, lengkap dengan gejala, penyebab hingga cara pengobatannya yang telah dirangkum oleh Ngopibareng.id.
Definisi Gangguan OCD
OCD adalah gangguan perilaku kronis yang menyebabkan penderitanya tidak memiliki kontrol atas pikiran-pikiran obsesifnya dan perilakunya yang kompulsif atau berulang-ulang. Dulunya, gangguan ini dimasukkan dalam kategori gangguan kecemasan, tapi saat ini menjadi kategori tersendiri.
Penderita OCD dapat terjebak dalam siklus pikiran dan perbuatan berulang yang tidak ada hentinya. Melakukan ritualnya dapat menghentikan perasaan cemas sementara. Namun penderita akan tetap melakukan ritualnya lagi ketika pikiran obsesif muncul kembali. Siklus OCD ini dapat menyita waktu penderita sampai berjam-jam sehingga mengganggu aktivitas normal mereka.
Penderita OCD biasanya menghindari pencetus obsesi mereka. Sebagian besar penderita dewasa bahkan menyadari bahwa ritual yang mereka lakukan tidak masuk akal. Namun, mereka tidak bisa menghentikannya. Gejala bisa datang dan pergi, serta mereda atau memburuk seiring waktu.
Apakah rasa ingin sempurna (perfeksionisme) termasuk dalam gejala OCD?
Ada beberapa orang yang ingin semua hal menjadi sempurna (perfeksionis), namun bukan berarti mereka menderita OCD. Perbedaan antara perfeksionisme dan OCD adalah alasan di balik pikiran penderitanya. Orang yang perfeksionis memiliki pikiran yang berdasar dengan tujuan yang jelas, sementara penderita OCD akan memiliki pikiran yang tidak beralasan.
Kategori Gangguan OCD
OCD datang dalam berbagai bentuk, tetapi kebanyakan kasus jatuh ke dalam setidaknya satu dari empat kategori umum:
• Memeriksa, seperti kunci, sistem alarm, oven, atau sakelar lampu, atau mengira diri sendiri memiliki kondisi medis seperti kehamilan atau skizofrenia
• Kontaminasi, ketakutan akan hal-hal yang mungkin kotor atau dorongan untuk membersihkan. Kontaminasi mental melibatkan perasaan seperti merasa telah diperlakukan seperti kotoran.
• Simetri dan keteraturan, kebutuhan untuk mengatur sesuatu dengan cara tertentu
• Perenungan dan pikiran yang mengganggu, obsesi dengan garis pemikiran. Beberapa dari pikiran ini mungkin keras atau mengganggu.
Faktor Risiko Gangguan OCD
Penyebab Obsessive Compulsive Disorder (OCD) belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa faktor risikonya, yang meliputi:
• Genetik
Faktor risiko OCD akan meningkat jika keluarga lingkar pertama seperti orang tua, saudara atau anak mengalami gangguan ini. Risiko bahkan lebih tinggi ketika OCD diderita sejak anak-anak atau remaja.
• Struktur dan fungsi otak
Pasien OCD menunjukkan adanya perbedaan struktur pada bagian korteks frontal (bagian otak di belakang dahi) yang bertugas untuk berpikir, merencanakan, memutuskan, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, dan berempati.
Terjadi juga perbedaan struktur subkortikal otak pada pemeriksaan dengan alat pencitraan otak. Namun, hubungan antara gejala OCD dan kelainan pada bagian otak tertentu tersebut masih terus diteliti.
• Lingkungan
Mereka yang mengalami riwayat kekerasan baik fisik, psikis, maupun seksual saat anak-anak atau pun trauma kekerasan lainnya, berisiko lebih besar pula mengalami OCD.
Pada beberapa kasus, seorang anak juga dapat menderita OCD setelah mengalami infeksi streptokokus. Sindrom ini disebut Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal Infections (PANDAS).
Gejala Gangguan OCD
Umumnya, gejala yang ditemukan pada penderita OCD, seperti :
1. Takut kuman
2. Takut melakukan kesalahan
3. Takut akan dipermalukan atau berperilaku yang tidak diterima secara sosial
4. Pikiran tabo atau larangan yang tidak diinginkan meliputi seks, agama, dan bahaya
5. Pikiran agresif tentang diri sendiri atau orang lain
6. Memerlukan hal-hal simetris atau dalam urutan sempurna atau tepat
7. Pikiran ragu-ragu yang berlebihan dan keperluan untuk memastikan berulang-ulang
8. Kompulsif adalah perilaku berulang yang dilakukan oleh penderita OCD karena merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif.
a. Gejala umum OCD
Berikut gejala umum yang biasanya muncul pada penderita gangguan OCD, di antaranya:
1. Mandi atau bersih-bersih atau mencuci tangan berlebihan dan berulang-ulang
2. Menolak untuk berjabat tangan atau memegang pegangan pintu
3. Mengurutkan dan menata barang dengan cara yang tepat dan khusus
4. Memeriksa sesuatu berulang-ulang, seperti berulang kali memeriksa pintu yang terkunci
5. Berhitung secara kompulsif
6. Makan dengan urutan spesifik
7. Terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran yang biasanya mengganggu dan tidak akan hilang dan bahkan mengganggu ketika tidur.
8. Mengulangi kata-kata atau kalimat atau doa tertentu
9. Perlu melakukan tugas dalam beberapa kali
10. Mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai jelas
b. Perilaku khusus
Mereka yang menderita OCD bisa melakukan kegiatan berulang-ulang, dan biasanya ada perilaku khusus terkait hal ini, seperti:
Tidak dapat mengendalikan pikiran atau tingkah lakunya, bahkan bila pikiran atau perilaku tersebut dikenali sebagai sesuatu yang berlebihan
Menghabiskan setidaknya 1 jam sehari pada pemikiran atau perilaku ini
Tidak senang saat melakukan perilaku atau ritual, tapi mungkin merasa lega sejenak dari kegelisahan yang dipikirkan oleh pikiran
Mengalami masalah signifikan dalam kehidupan sehari-hari karena pemikiran atau perilaku ini.
Beberapa penderita OCD juga mengalami gangguan tic secara motorik maupun vokal. Tic motorik adalah gerakan yang mendadak, sebentar, dan berulang seperti mata berkedip, wajah meringis, bahu naik, kepala atau bahu menyentak. Tic vokalis adalah suara yang berulang-ulang seperti suara membersihkan tenggorokan, atau mengendus.
c. Gejala dan tipe yang bisa ditemukan pada penderita OCD
1. Washers
Gejala ketika seseorang selalu takut akan terkontaminasi bakteri, kuman, atau kotoran yang berpindah ke tubuh mereka. Penderita umumnya akan mencuci tangan atau bagian tubuhnya yang dirasa kotor secara berulang kali. Penderita OCD tidak segan untuk membersihkan rumah, tubuh, dan apa pun yang mereka takuti kotor, demi memenuhi keinginan kompulsifnya agar terhindar dari kuman atau kotoran yang dihindari. Gejala seperti ini akan terus terjadi karena adanya dorongan kuat dalam pikiran penderita.
2. Checkers
Gejala yang membuat penderitanya selalu memeriksa sesuatu berulang kali. Pada tipe ini, umumnya tidak berbeda dengan penderita tipe washers. Penderita OCD akan melakukan pengecekan berulang kali kepada hal, benda, atau barang yang berbahaya. Para penderita merasa bahaya selalu mengintai, dan jika terjadi sesuatu yang bersifat celaka mereka tak segan menyalahkan dirinya sebagai yang harus disalahkan.
3. Symmetry dan Orderliness
Pada gejala tipe ini, seseorang akan sering mengalami fokus untuk mengatur setiap hal secara berurutan, rapi, simetris dan sejajar. Contohnya pengidap tidak akan suka jika barang yang telah dirapikan, disentuh dan diubah posisinya oleh orang lain. Perilaku ini akan selalu menuntut pengidapnya untuk menghasilkan pikiran yang sama dan berulang.
4. Hoarding
Hoarding merupakan gejala di mana seseorang suka atau berkeinginan untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang ditemukannya, karena seseorang tersebut akan berpikiran bahwa barang itu penting dan akan berguna baginya di masa depan.
Cara Mengatasi OCD
Cara mengatasi OCD biasanya melibatkan psikoterapi, terapi modifikasi perilaku, atau obat-obatan psikiatri, sendiri atau dalam kombinasi. Menurut Harvard Medical School, dengan pengobatan, sekitar 10 persen pasien sepenuhnya pulih dan sekitar setengah dari pasien menunjukkan beberapa perbaikan.