Mengenal DBS, Harapan Baru Penderita Parkinson Kurangi Tremor
Parkinson merupakan salah satu penyakit gangguan gerak disertai tremor yang belum bisa disembuhkan hingga saat ini. Tetapi kini, ada harapan baru bagi penderita parkinson untuk mengurangi gejala, yakni dengan tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS).
Spesialis Bedah Saraf dari National Hospital Surabaya dr Achmad Fahmi, SpBS (K), menjelaskan, DBS adalah tindakan pemasangan alat pacemaker untuk otak.
"Alat ini seperti pacemaker jantung tapi kabelnya bukan ke jantung melainkan ke otak. Tujuannya untuk menstabilkan neurotrasmiter di otak agar gerakan juga lebih stabil," kata dr Fahmi dalam talk show memperingati hari Parkinson day, Kamis, 20 April 2023.
Tindakan ini dilakukan dengan penanaman elektroda di dalam area otak tertentu. Sehingga akan menghasilkan impuls listrik yang akan mempengaruhi sel dan bahan kimia tertentu di dalam otak.
Tindakan operasi DBS dilakukan pada pasien apabila obat sudah tidak efektif lagi dan pasien atau penderita parkinson memiliki alergi obat.
"Dengan tindakan ini bisa mengurangi obat lebih dari 70 persen. Bahkan, ada pasien yang bisa berlari pasca operasi dari sebelumnya dia berjalan saja susah," paparnya.
Selain itu, ungkapnya, tindakan DBS juga bisa mengurangi efek samping obat parkinson dikemudian hari. Setiap harinya penderita parkinson bisa mengonsumsi obat sampai 10 kali tergantung dari gejala yang muncul.
"Kalau operasikan dia tidak perlu minum obat banyak-banyak dan tentunya bisa meminimalisir efek samping seperti, diskinsia atau badan gerak-gerak sendiri," terangnya.
Fahmi mengungkapkan, tindakan operasi DBS bisa dilakukan apabila tubuh pasien masih merespons obat dengan baik. Jadi saat diberikan obat di bereaksi dan sebaliknya.
"Selain itu pemasangan alat DBS juga tidak bisa dilakukan apabila ada bagian tubuh yang mengalami infeksi, terutama bagian tubuh yang akan dipasangi alat tersebut," jelas dokter Fahmi.
Tindakan ini memang membutuhkan biaya yang tak sedikit hingga ratusan juta rupiah. Angka tersebut karena alat yang digunakan juga harus dipesan khusus.
Sejauh ini, Parkinson dan Movement Disorder center yang dimiliki NH sudah melayani 11.202 kunjungan pasien. Dari angka itu 234 menjalani operasi stereotaktik brain lesion dan 44 pasien melalukan DBS.
"Selama 10 tahun ini kami menjadi satu-satunya RS yang memiliki layanan DBS dan Stereotaktik Brain Lesioning di Indonesia. Karena tidak banyak RS yang memiliki alat untuk tindakan DBS terutama," kata CEO NH, Ang Hoey Tiong.
Untuk diketahui, parkinson muncul dengan empat gejala utama yaitu, tremor, rigid atau kekakuan yang tiba-tiba muncul, kelambatan dalam gerak dan gangguan keseimbangan.