Mengenal Bibit Durian Montong Ros dari Blitar, Berat Buahnya bisa 10 Kg
Musim hujan telah tiba, ingin menanam durian? Ada varietas bibit pohon durian bernama Montong Ros. Buahnya besar. Satu buah bobotnya bisa mencapai 10 kilogram (kg). Muhamad Rosulin merupakan penemu bibit pohon durian. Ia seorang petani dari Desa Genengan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Jaraknya sekira 26 kilometer (km) dari pusat kantor pemerintah, Kecamatan Kanigoro.
"Disebut Montong Ros, karena penemu vaireatas montong lokal adalah saya," ungkap Muhamad Rosulin saat dijumpai Ngopibareng.id.
Awalnya, Muhamad Rosulin menemukan pohon durian yang sudah besar dan diperkirakan sudah berumur puluhan tahun, buahnya besar-besar. Naluri Rosulin sebagai petani pemulia tanaman muncul kekhawatiran, kalau pohon durian tersebut tidak diperbanyak akan punah.
"Pohon bisa ditebang sama pemiliknya," ujarnya.
Berbekal ilmu grafting atau sambung, saat dirinya menjadi satpam di perkebunan cengkeh di dekat desanya, ia mempunyai pengetahuan bagaimana caranya pembibitan cengkeh melalui sambung pucuk. Rosulin pun meminta izin kepada pemilik pohon untuk diminta entresnya atau pucuk batang yang sudah tua untuk dipakai persilangan tanaman keras sebagai sambungan batang atas.
"Dari situ saya mulai mencari biji-biji durian ke para penjual jus buah di sekitarnya. Biji buah saya kumpulnya," sambungnya.
Setelah biji buah terkumpul, Rosulin memisahkan mana biji durian yang baik dan kurang baik untuk disemai di lahan sawahnya. "Caranya sama kayak saya menyemai biji cengkeh," kisahnya.
Ada keraguan Rosulin akan kemampuannya menyambung entres ke seling bibit pohon hingga bisa tumbuh dengan baik. Di waktu bersamaan, ada temannya dari Dampit Malang datang ke rumah. Ia belajar cara semai cengkeh yang baik.
"Kebetulan teman ini punya pengalaman ilmu bagaimana sambung pucuk yang baik," tutur dia.
Kedua teman ini pun saling bertukar ilmu. Setelah proses belajar dengan benar, Rosulin langsung mempraktikkannya dan berhasil.
Rosulin terus memperbanyak pembibitan durian lokal dari Desa Genengan. Ia juga menjual bibit pohon lokal tersebut. "Tujuannya jangan sampai punah kalau banyak orang yang menanamnya," ungkapnya.
Setelah Rosulin berhasil mengembangkan bibit tersebut, akhirnya ia menanam induknya di ladangnya sendiri. Setelah berbuah, Rosulin melihat antara indukan dan sambung entres yang dikembangkannya tetap sama buahnya.
"Hanya saja warnanya yang berbeda warna, karena dari biji selingnya (batang bawahnya) yang tidak sama. Tetapi rasanya semua sama," aku dia.
“Berat dan besarnya sama, bisa mencapai 10 kilogram. Setidaknya 9,5 kilogram per buah, setiap pohon bisa mencapai 30 sampai 40 buah. Sambungan antara batang bawahnya tidak sama, warna dagingnya yang tidak sama, ada yang kecoklatan, ada yang hijau. Bentuknya ada yang lonjong dan ada yang bundar,” paparnya.
Cara Rosulin berbeda sistem semainya dengan pelaku pembibitan yang lainnya. "Kalau orang lain biji disemai di polibag atau planterbag, sedangkan saya dengan cara dongkelan, yaitu semai biji di lahan sawah, kemudian di sambung di lahan persawahan. Kemudian didongkel setelah dibutuhkan untuk pindah tanam. Sehingga durian yang ditanam cepat berbuah dan tidak gampang mati saat dipindah tanam," demikian penjelasan Rosulin.
Cara tersebut, menurut Rosulin, hampir sama dengan cara dirinya menyemai biji cengkeh, kemudian didongkel akarnya saat bibit durian tersebut dibutuhkan untuk ditanam atau saat ada permintaan.
Bibit durian hasil persilangannya semakin dikenal oleh masyarakat sekitarnya, walaupun buahnya besar tetapi rasanya legit, punel dan enak. Tidak berubah dari buah pohon indukannya.
Saat ini, bibit durian Montong Ros sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. "Ditanam di Bogor sampai Papua. Bahkan, saat Pak Rijanto mencalonkan diri menjadi Bupati Blitar tahun 2015, saya dimintai menjadi narasumber potensi keunggulan bibit durian Montong Ros yang asli lokal, Desa Genengan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar," kenangnya dengan bangga.
Rosulin menerangkan, harga bibit duriannya dijual seharga Rp 300.000 sampai Rp3 juta. Bibit paling mahal dibeli Rp3 juta per pohon ditanam di Bogor.
"Pohon yang ditanam bisa berbuah saat sudah berumur dua tahun setelah pindah tanam. Ada pejabat Polri yang minta ditanamkan di wilayah Bogor. Karena tergiur dengan buahnya yang besar," pungkasnya.