Mengenal Allah, Bukan Mengenal Dzat-Nya
Kajian Tauhid Sufi: Bila tak kenal di dunia, lalu Tuhan yang mana dijumpai di Akhirat?
Di akhirat nanti yang akan kita jumpai bagi umat Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) adalah Rasulullah SAW. Bukan Tuhan.
Tuhan itu sudah sedia adanya dan kekal adanya. Dia sifatnya Qadim dan Qidam Kekal adanya.
Dia tidak berwujud, tak berupa dan tak berbentuk. Dia bersifat Laysa Kamitshlihi Syai'un. Tak sama dan tak serupa dengan makhluknya.
Kenikmatan tertinggi saat di surga, bukanlah surga tapi kenikmatan memandang Tuhan ketika Tuhan buka hijab memandangkan dirinya.
Jadi jangan disangka, di akhirat itu Tuhan berubah menjadi sosok seorang mahluk⁉️
Dia tetap sifatnya Qadim dan Qidam. Sedia adanya dan kekal adanya tidak berubah-ubah.
Tuhan di dunia ini sudah nyata. Di akhirat pun juga akan nyata.
Karena itu, ketika manusia ditanya tentang Tuhannya, maka akan dimunculkan bentuk-bentuk Tuhan yang disembah manusia saat di dunia.
Setelah ditunjukkan bentuk-bentuk sembahannya, maka akan mengikuti sembahan berhalanya. Lalu sembahan berhala itu akan menggiringnya ke neraka, Karana telah mempersekutukan atau mengambil sembahan lain selain Allah.
Bahkan jika sekadar mengenal lafaz Allah, maka lafaz itu pun membawa ke neraka.
Bukankah sudah jelas dalam hadis Qudsi, jangan kau sembah Dzat-Ku, Sifat-Ku, Asma-Ku, dan af'alKu. Tapi sembahlah Aku.
Maka siapa yang selamat ketika ditanya?
Yang selamat adalah yang mengenal Tuhan di dunia ini.
Siapa yang buta hatinya memandang Tuhan di dunia ini, maka buta di akhirat.
Artinya ketika ditanya tentang Tuhan, maka akan bingung mencari-cari Tuhan.
Tuhan yang mana engkau temui di akhirat sementara di dunia engkau buta mengenalnya.
Kiasannya, bagaimana mungkin menjumpai seseorang jika tak mengenal seseorang itu sebelumnya.
Pasti meraba-raba.
Itulah sebabnya, dalam Al-Quran begitu banyak ayat-ayat agar manusia menjumpai Tuhannya di dunia ini.
Awal agama mengenal Allah, bukan awal agama mencari Allah.
Doa Kaum Sufi
"Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku belajar menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu. Dan “ Penglihatan Agung” inilah yang menjadi inti dari seniku.
"Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung laksana sinar matahari yang menerangi bumi. Namun, kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai bentuk yang ada di bumi. Kasih-Nya melampaui setiap bentuk yang ada di bumi, sebab bumi ini dan segala isinya tercipta sebagai perwujudan dari kasih-Nya."
Jalaluddin Rumi
Advertisement