Trombosit Turun, Kepsek SMPN 3 Surabaya Diduga Wafat karena Covid
Sebuah kabar duka datang dari dunia pendidikan di Surabaya. Kepala Sekolah SMPN 3 Surabaya, Budi Hartono meninggal dunia, pada Minggu 21 Juni 2020. Dia diduga terpapar virus corona atau Covid-19.
Humas SMPN 3 Surabaya, M. Lutfi mengatakan, kepala sekolah masih aktif bekerja pada Jumat 5 Juni 2020. Lutfi bahkan mengaku bertemu langsung dengan Budi Hartono karena bertugas mengumumkan kelulusan para siswa.
Namun, Budi Hartono mendadak izin sakit sehingga tidak bisa aktif ke sekolah pada Kamis, 11 Juni 2020, atau seminggu usai kelulusan siswa kelas 9.
“Pak Budi dengan saya mengumumkan kelulusan lewat Zoom di sekolah. Tanggal, 11 Juni 2020, saya komunikasi dengan Pak Budi, (katanya) trombositnya turun. Tanggal itu juga saya belikan Sari Kurma, tapi yang kirim bukan saya,” kata Lutfi, saat dikonfirmasi awak media pada Sabtu, 27 Juni 2020.
Sayangnya, ketika disinggung soal rumah sakit dan berapa lama Budi Hartono mendapatkan perawatan medis, Lutfi mengaku tidak mengetahui informasi tersebut. Menurut dia, bukan kapasitasnya untuk mengungkap kondisi mendiang Budi Hartono.
“Saya pribadi tidak tahu (kapan dan di mana Budi Hartono masuk rumah sakit). Jadi kapasitas saya betul-betul tahu diri, ya saya ini siapa, biar pihak keluarga yang berbicara. Yang penting bagi saya, waktu Pak Budi absen saya tetep menjalankan kegiatan sekolah,” ungkapnya.
Mengetahui kabar sang kepala sekolah yang tidak kunjung sembuh hingga akhirnya meninggal, pihak sekolah akhirnya melakukan penyemprotan desinfektan di seluruh ruangan sekolah yang berlokasi di Jalan Praban Surabaya itu. Informasi tersebut juga dilaporkan ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya.
“Semprot semuanya, inisiatif kami sendiri, terus yang kedua kami lapor pada hari Kamis, 18 Juni 2020. Setelah itu, Jumat, 19 Juni 2020, malam, dinas (pendidikan) mengadakan penyemprotan ulang,” jelas Lutfi.
Setelah beberapa hari tidak masuk kerja, lanjut Lutfi, pihak sekolah mendapatkan kabar duka. Budi Hartono meninggal dunia diduga terpapar Covid-19, pada Minggu 21 Juni 2020.
Dispendik langsung menggelar rapid test massal yang diperuntukkan kepada seluruh guru dan karayawan SMPN 3 Surabaya. Setelah itu, para pegawai melanjutkan bekerja dari rumah (work from home), karena area sekolah disterilkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
“Hari Selasa, 23 Juni 2020, kami disuruh rapid test massa, dan Alhamdulillah semua 100 persen guru non reaktif. Ada 57 peserta (pegawai SMPN 3 Surabaya),” tutup Lutfi.