Mengeluh Dada Sakit, Hanna Kirana Meninggal karena Gagal Jantung
Artis Hanna Kirana meninggal dunia di usia 23 tahun. Sepupu artis berhijab Citra Kirana (Ciki) ini menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit PMI Bogor, Jawa Barat, pada Selasa 2 November 2021 sekitar pukul 21.00 WIB.
Menurut kekasihnya, Ilyas Bachtiar, sang artis meninggal karena gagal jantung. Tiga puluh hari sebelum meninggal, Hanna Kirana mengaku kepada sang pacar merasakan sakit di bagian dada dan mengalami sesak napas. Tapi, Hanna Kirana menunda untuk melakukan cek up ke dokter. Hingga akhirnya, Hanna Kirana memberikan isyarat akan meninggal untuk selama-lamanya.
"Satu sisi saya syok ya sebenarnya dari 30 hari yang lalu dia bilang sama saya dia punya firasat, 'kayaknya aku mau meninggal deh' dia ngomong sama saya," ucap Ilyas Bachtiar saat pemakaman pacarnya.
Akan tetapi, Ilyas Bachtiar hanya menganggap ucapan Hanna Kirana hanya candaan saja. Namun, diakui Ilyas Bachtiar, pacarnya semakin meyakini firasatnya akan menjadi nyata.
"Terus dia (Hanna) bilang lagi, 'serius aku mau meninggal' dan itu tepat 30 hari yang lalu dia ngomong. Saya menanggapi percaya ga percaya, dia udah minta maaf ke orang tuanya dan ke aku juga," jelasnya.
Hanna Kirana sudah sering membintangi FTV. Sejak usia 14 tahun, dia sudah terjun ke dunia hiburan sebagai model. Nama Hanna Kirana semakin moncer ketika dia terpilih menggantikan Lea Ciarachel Fourneaux sebagai tokoh Zahra di sinetron Suara Hati Istri. Zahra diprotes netizen karena usianya baru 15 tahun, tapi perannya sebagai istri muda yang dipoligami suami.
Untuk meredam protes netizen yang sampai melaporkan stasiun televisi yang menayangkan sinetron Suara Hati Istri, akhirnya peran Zahra “dimatikan”. Dia diceritakan kecelakaan dan menjalani operasi plastik dengan wajah baru Hanna Kirana. Sayangnya, baru enam bulan aktif membintangi sinetron stripping, Hanna Kirana menemui ajalnya.
Definisi Gagal Jantung
Penyakit gagal jantung atau gagal jantung kongestif merupakan istilah medis yang muncul ketika otot jantung tidak bisa memompa darah dengan baik. Sedangkan pada kondisi normalnya, jantung memompa darah secara terus menerus ketika sedang beraktivitas maupun beristirahat. Terdapat empat bilik pada jantung, dua bilik atas atau atrium, dan dua bilik bawah atau ventrikel.
Ketika seseorang mengalami gagal jantung, maka aliran darah dalam tubuh akan melambat, hingga menambah parah kondisi penyakit, sebab jumlah darah yang dipompa berada di batas normal dan bilik jantung menjadi kaku serta menebal yang akhirnya menyebabkan otot jantung melemah dan tidak bisa bekerja secara efektif.
Jenis-jenis Gagal Jantung
Dilansir dari American Heart Association, penyakit gagal jantung terbagi menjadi tiga jenis.
1. Gagal jantung bagian kiri
Proses pompa darah oleh jantung berawal dari darah yang mengalir dari paru-paru. Kemudian menuju atrium kiri dan ventrikel kiri jantung. Setelah itu, darah akan dipompa menuju seluruh bagian tubuh.
Ventrikel kiri jantung berperan paling besar dalam memompa darah. Maka dari itu, ukurannya paling besar dibanding dengan bilik jantung lainnya. Kegagalan fungsi pada jantung bagian kiri dapat dibedakan menjadi dua subtipe:
- Gagal jantung sistolik
Kondisi ketika ventrikel kiri jantung tidak mampu berkontraksi dengan normal. Ini artinya, jantung tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk memompa dan mengedarkan darah.
- Gagal jantung diastolik
Merupakan kondisi, saat ventrikel kiri jantung tidak mampu rileks dengan normal karena otot-ototnya menjadi kaku. Kondisi ini menyebabkan jantung tidak dapat terisi dengan darah yang cukup selama fase jeda di antara setiap denyut.
2. Gagal jantung bagian kanan
Fungsi dari jantung bagian kanan adalah memompa darah menuju paru-paru agar darah terisi dengan oksigen. Umumnya, kegagalan pada jantung bagian kanan terjadi akibat adanya kegagalan pada jantung bagian kiri. Jika jantung bagian kiri mengalami masalah, peningkatan cairan akan terjadi dan cairan kembali mengalir ke paru-paru. Sehingga jantung bagian kanan pun akan mengalami kerusakan.
Jika bagian kanan jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa darah, darah akan kembali mengalir ke pembuluh vena. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan atau penyumbatan pada kaki, pergelangan kaki, dan perut.
3. Gagal jantung kongestif
Ketika aliran darah dari jantung melambat, akan terjadi penumpukkan pada pembuluh vena, sehingga edema (pembengkakan) berpotensi terjadi. Selain itu, cairan yang menumpuk di paru-paru dapat mengakibatkan masalah pernapasan. Kondisi ini disebut dengan edema paru. Tidak hanya masalah pada paru-paru, kondisi tersebut juga dapat memengaruhi fungsi ginjal dalam membuang air dan sodium, yang berisiko menyebabkan edema pada organ-organ tubuh lain.
Penyebab Gagal Jantung
Penyakit gagal jantung biasanya disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya ada masalah atau memiliki kelainan tertentu pada organ jantung, penyakit jantung koroner, serangan jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), kelainan katup jantung, masalah pada otot jantung, penyakit pada paru-paru hingga diabetes.
Faktor Risiko Gagal Jantung
Dilihat dari demografinya, kasus gagal jantung usia muda (di bawah 40 tahun) di Asia Tenggara jauh lebih banyak dialami pria dibanding wanita. Kasus ini pun lebih besar dibanding kawasan Asia lainnya. Kendati demikian, perempuan di usia muda juga bisa tetap berisiko mengalami gagal jantung jika memiliki penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung reumatik seperti disebutkan di atas.
Selain itu, gagal jantung faktor risiko dari menderita tekanan darah tinggi, memiliki masalah atau penyakit pada jantung, menderita diabetes, menjalani pengobatan tertentu, memiliki berat badan berlebih (obesitas), dan memiliki pola hidup yang tak sehat.
Gejala Gagal Jantung
1. Mengalami kesulitan bernapas
Seseorang yang mengidap gagal jantung biasanya akan mengalami kesulitan bernapas ketika sedang berolahraga, beristirahat, maupun berbaring. Kondisi ini terjadi ketika darah kembali mengalir pembuluh darah di paru-paru. Hal ini disebabkan jantung tidak dapat menampung suplai darah tersebut. Akibatnya, terjadi penumpukan cairan di paru-paru.
2. Merasakan kelelahan yang berlebihan
Biasanya gejala lainnya juga ditandai dengan rasa lelah yang berlebihan ketika sedang beraktivitas biasa. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah sesuai dengan kebutuhan jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh jadi mengalihkan darah dari organ tubuh yang tidak terlalu vital seperti otot pada betis, dan mengalirkannya ke jantung dan otak.
3. Adanya pembengkakan di beberapa bagian tubuh (Edema)
Kondisi edema ialah pembengkakan yang terjadi pada beberapa bagian tubuh, seperti kaki, pergelangan kaki, paha, ata bagian tertentu pada area perut, atau biasanya juga memicu kenaikan berat badan secara drastis. Aliran darah yang keluar dari jantung melambat, darah akan kembali masuk ke jantung melalui pembuluh darah, sehingga terjadi penumpukan cairan. Hal tersebut akhirnya berdampak pada ginjal hingga menyebabkan kesulitan untuk menyaring natrium dan air, sehingga cairan dalam tubuh menjad berlebih dan akhirnya menyebabkan edema di beberapa bagian tubuh.
4. Terlalu sering buang air kecil di malam hari
Gaya gravitasi menyebabkan aliran darah menuju ginjal semakin meningkat, hingga kondisi tersebut menyebabkan ginjal menghasilkan urine lebih banyak, dan membuat seseorang menjadi ingin buang air kecil terus menerus.
5. Pusing
Jika darah yang dialirkan menuju otak tidak cukup banyak, maka akan menimbulkan gejala-gejala seperti pusing, kebingungan, kesulitan konsentrasi, bahkan pingsan.
6. Palpitasi
Jantung berdebar atau palpitasi adalah kondisi di mana jantung berdetak lebih cepat dari kecepatan normal. Kondisi tersebut terasa seperti jantung sedang berdebar-debar kencang, yang disebabkan karena jantung ingin “mengganti” kecepatan yang hilang saat memompa darah.
7. Batuk kering
Batuk yang disebabkan oleh kegagalan fungsi jantung biasanya terjadi ketika Anda sedang berbaring, atau terdapat penumpukan cairan pada paru-paru (edema paru). Batuk kering ini biasanya disertai dengan dahak yang memiliki warna putih atau merah muda.
8. Perut kembung atau mual
Gejala lain yang timbul bisa juga membuat seseorang merasakan kondisi perut kembung, perut mengeras, kehilangan nafsu makan, serta mual dan muntah. Hal tersebut terjadi karena sistem pencernaan menerima jumlah darah yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.
9. Tidak mampu berpikir atau merasa kebingungan
Salah satu gejala lain adalah hilangnya ingatan dan kehilangan kemampuan untuk mengenal kondisi di sekitar, biasanya, orang terdekat akan menyadari gejala ini. Hal tersebut diakibatkan adanya perubahan pada kadar zat tertentu di dalam darah. Sebagai contoh, perubahan pada kadar natrium di dalam tubuh dapat menyebabkan kebingungan dan berujung pada disorientasi.
Cara Mencegah Terjadinya Gagal Jantung
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada dua obat yang secara signifikan bisa mengurangi remodeling jantung setelah serangan sekaligus mencegah gagal jantung, yakni obat penghambat reseptor beta (Beta Blocker) dan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE).
Beta blocker bekerja untuk menghalangi reseptor beta yang terdapat pada sel-sel tubuh. Salah satu fungsi reseptor beta ialah untuk meingkatkan kontraktilitas otot jantung. Beta blocker juga mengurangi risiko kematian mendadak pada pasien setelah serangan jantung serta mencegah dan bahkan ‘membatalkan’ remodeling jantung setelah serangan. Beta blocker yang paling sering diresepkan setelah serangan adalah tenormin (atenolol) dan lopressor (metoprolol).
Sedangkan penghambat ACE secara signifikan mengurangi risiko gagal jantung dengan cara mencegah remodeling pada ventrikel kiri jantung. Tidak hanya itu penghambat ACE juga mengurangi risiko serangan jantung berulang, stroke, dan kematian mendadak.
Penghambat ACE yang paling sering digunakan setelah serangan jantung adalah vasotec (enalapril) dan capoten (kaptopril). Tidak hanya obat yang bisa mencegah terjadinya gagal jantung. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gagal jantung.
1. Mengonsumsi makanan sehat dan membatasi asupan garam, lemak, dan gula. Contoh-contoh makanan sehat adalah buah dan sayur, makanan berprotein tinggi (misalnya ikan, daging, atau kacang), makanan yang mengandung zat tepung (misalnya beras, kentang, atau roti), dan makanan yang terbuat dari bahan susu atau bahan olahan susu.
2. Menjaga berat badan dengan berolahraga secara rutin.
3. Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman keras.
3. Menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah pada batas sehat.