Mengejutkan! Pengantar Gus Dur, Sindiran Mengenal Bangsa-Bangsa
Lenin meninggal tahun 1924, dan Stalin menggantikannya sebagai penguasa Rusia. Mayat Lenin, yang disemayamkan di mausoleum di Kremlin, pada suatu hari dicoba untuk dihidupkan lagi oleh para dokter. Mereka berhasil dengan percobaan itu, dan mayat Lenin dengan sempoyongan meninggalkan mausoleum, menuju ke kantor Polit biro Partai Komunis.
Di sana, Lenin kemudian meminta semua koran yang terbit sejak kematiannya. Dikuncinya dirinya di kamar kerjanya, untuk menyimak ulang perkembangan Rusia sejak ditinggalkannya selama tiga tahun itu. la tidak mau diganggu, hanya meminta makanan diletakkan di muka pintu ruang itu.
Selama tiga hari makanan masih diambilnya, dan piring bekas makanan masih dikeluarkannya dari dalam ruang. Setelah itu tidak ada piring kotor dikeluarkan, dan makanan yang disediakan tidak diambil.
Setelah beberapa hari hal itu berlangsung, diputuskan untuk mendobrak pintu ruang itu, dan melihat apa yang terjadi, karena dikhawatirkan terjadi sesuatu atas dirinya. Ternyata, Lenin tidak berada di sana. Harian-harian lama yang dimintanya berceceran memenuhi lantai, dan di meja ditinggalkannya secarik kertas, berisikan pesan tertulis berikut:
REVOLUSI TELAH GAGAL, SAYA AKAN KEMBALI KE JENEWA UNTUK MEMPERSIAPKAN REVOLUSI LAGI.
Mati Ketawa Bukan Sekadar Lucu
Begitulah petikan dari buku humor "Mati Ketawa Cara Rusia" cukup melegenda di Indonesia. Pada terbitan 1987, buku tersebut mencuat karena diberi Kata Pengantar oleh Abdurrahman Wahid.
Sosok humoris itu kemudian dikenal sebagai Presiden ke-4 RI dan akrab dipanggil Gus Dur. Gus Dur awalnya memberi contoh lelucon berikut:
Presiden Gonzales dari sebuah "republik pisang" di Amerika Latin sangat tidak populer. Pada suatu hari ia bertamasya keliling ibu kota, dengan berkendaraan kuda. Ketika akan menyeberang sebuah jembatan, kuda yang dinaikinya terkejut melihat derasnya arus sungai di bawah jembatan itu.
Presiden Gonzales terjatuh dari kudanya ke dalam sungai itu, dan dihanyutkan arus deras tanpa dapat ditolong oleh para pengawalnya.
Namun, setelah hanyut sangat jauh, ia ditolong oleh seorang pencari ikan yang pekerjaannya setiap hari mengail di tempat itu. Dengan rasa terima kasih sangat besar, ia menyatakan kepada pengail miskin itu siapa dirinya, dan betapa besarnya jasa pengail itu kepada negara, dengan menolong dirinya.
Ditanyakannya kepada pengail tersebut, apa hadiah yang diinginkannya sebagai imbalan atas jasa sedemikian besar itu. Dengan kelugasan orang kecil, pengail itu menjawab:
"Satu saja, Paduka. Tolong jangan ceritakan kepada siapa pun bahwa sayalah yang menolong Paduka."
Unsur Keterkejutan
Unsur keterkejutan pada akhir cerita menjadi bagian penting humor. Karena jawaban pengail itu benar-benar di luar dugaan. Juga ada unsur sindiran halus, yang mengajukan kritik atas hal-hal yang salah dalam kehidupan, tetap tanpa rasa kemarahan atau kepahitan hati.
Keduanya merupakan kondisi psikologis terlalu intens dan emosional, sehingga kehilangan obyektivitas sikap terhadap hal yang dikritik itu sendiri.
Gus Dur memberi kata pengantar untuk buku yang aslinya berjudul "Russia Dies Laughing: Jokes from Soviet Russia" karya Zhanna Dolgopolova.
Bagi Gus Dur, rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.
Kepahitan akibat kesengsaraan, diimbangi oleh pengetahuan nyata akan keharusan menerima kesengsaraan tanpa patahnya semangat untuk hidup. Dengan demikian, humor adalah sublimasi dari kearifan sebuah masyarakat.
Kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan. Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam peri laku diri sendiri itu.
Advertisement